“Jatuh cinta itu cuma bikin patah hati.” Kata beberapa orang yang sedang malas-malasnya mengulang hubungan asmara untuk kemudian putus cinta lagi. Hm, apa kamu juga sedang merasakannya sekarang? Well, patah hati karena putus cinta memang nggak enak, ya? Apalagi kalau rasa sakitnya sampai menimbulkan bekas, seperti trauma cinta yang tampaknya susah hilang, juga nggak sembuh-sembuh.
“Tapi, sebenarnya trauma cinta itu benar-benar ada nggak, sih?”
Untuk memastikannya, coba tanya hatimu sendiri, Dear. Apa kamu juga merasakan hal-hal yang sama seperti di bawah ini?
Bukannya enggan jatuh cinta, kamu cuma takut berkomitmen karena sudah terlanjur malas sakit hati lagi
Saat melihat seseorang yang menurut teman-temanmu lebih oke dari si mantan, atau seseorang yang sepertinya menarik untuk didekati, entah kenapa kamu jadi nggak bersemangat lagi untuk coba-coba berkasmaran ria.
Bukannya kamu enggan jatuh cinta, entah kenapa trauma cinta jadi bikin kamu takut sendiri dengan hal-hal yang berbau-bau “komitmen”. Alasannya cuma satu, sih, kamu sudah terlanjur malas untuk merasa sakit hati lagi. Iya, kan?
Trauma cinta kadang juga bikin kamu ragu “apakah kamu layak dicintai?”
via www.unsplash.com
Jatuh cinta itu mudah. Mempertahankan supaya cinta itu nggak bikin kita jatuh-lah yang sulit. Kalau kita gagal, bukannya bahagia, eh, malah patah hati? Aduh!
Putus cinta yang akhirnya menimbulkan rasa trauma, kadang bikin kamu jadi suka bertanya-tanya sendiri, kira-kira seperti ini, lah: “Apakah sebenarnya aku ini memang layak dicintai?”
“Kalau memang layak kenapa satu orang saja rasanya sulit banget buat bertahan dan nggak menyakiti?”
Kadang-kadang, ada perasaan nggak percaya diri yang terus menghalang-halangi kita untuk bisa move on. Seperti mencocok-cocokkan, penyebab si dia pergi dengan hal-hal yang menjadi kekurangan dari diri kita.
Nggak jarang kata-kata destruktif jadi menyerang untuk mengkritisi diri seperti, kurang cakep, kurang pinter, kurang gaul dan kurang-kurang yang lainnya, jadi bertengger terus-terusan bersama perasaan insecure yang lainnya.
Melihat foto-foto couple goals nggak bikin kamu “tergiur” untuk cepat-cepat punya pasangan (apalagi menikah)
Teman-teman yang lain, rasanya sering banget ya ngobrolin soal couple goals? Nggak jarang foto-foto itu juga ikutan nongol dalam explore setiap kamu lagi pengen cari hiburan di media sosial. Ada pertanyaan dari seorang teman, “Kapan nih giliran kamu yang punya gandengan?”
Aduh, kalau kamu sendiri boro-boro mau ikutan punya pasangan supaya bisa dicap couple goals. Ngeliat fotonya aja, rasanya nggak bikin tertarik, ya? Bukannya dengki, tapi sebenarnya, sekarang kamu sudah belajar jauh lebih realistis.
Di kepalamu, bahkan sudah terbayang. “Apa yang ada di foto itu, nggak selalu mencerminkan kenyataannnya, lah.” Sebenarnya, pertengkaran, adu mulut, sampai rencana berpisah pasti nggak pernah luput dari kehidupan pasangan-pasangan itu.
Meskipun begitu, nggak jarang keputusanmu untuk “sendiri dulu” bikin kamu juga jadi merasa kesepian sendiri
(Photo by Christopher Jolly on Unsplash)
Kamu telah menyadari, bahwa kisah asmara banyak membawa kesedihan dan trauma cinta. Hal itu membuatmu jadi ragu untuk mengulang kembali sebuah komitmen dan rasa percaya, meskipun dengan orang-orang yang baru.
Kini, kamu begitu menikmati kehidupan sebagai seorang single yang telah kamu jalani. Kamu bisa pergi kemanapun, tanpa harus mengabari.
Kamu nggak perlu khawatir saat harus berteman dengan siapa saja. Bahkan kamu merasa, kamu nggak perlu terlalu mengocek saku, karena kini semua uangmu dapat kamu habiskan untuk diri sendiri.
Meskipun demikian happy-nya untuk jadi jomblo bahagia, kadang-kadang kamu tetap merasa ada yang kurang.
Seperti ada yang hilang saat kamu harus kemana-mana sendiri. Atau nggak punya teman mengobrol yang bisa kamu ajak diskusi mengenai hal-hal yang dalam. “Seperti ini, ya, rasanya kesepian?”
Setelah kamu mencoba berkenalan dengan orang baru pun, trauma cinta tetap bikin kamu juga jadi susah membangun kepercayaan lagi
Mengetahui dirimu banyak membutuhkan seorang “pendamping”, teman-temanmu mulai menjodoh-jodohkanmu dengan seseorang. Atau, pada suatu kesempatan, akhirnya kamu menemukan seseorang yang kelihatannya bisa diidam-idamkan.
Setelah kamu memutuskan untuk berkenalan dan mencoba menjalani kisah baru, entah kenapa kamu nggak kunjung merasa aman. Rasa takut masih sering menghampiri. Ternyata, menumbuhkan lagi kepercayaan baru terhadap seseorang, sama sekali nggak mudah.
Sekali kamu jatuh cinta, kamu jadi banyak merasa insecure. Nggak jarang kamu minta maaf atas kekurangan yang kamu punya
(Photo by Elle Cartier on Unsplash)
Akhir kata, kamu pun menemui banyak geronjalan pada kisah barumu. Meskipun ada masanya, cerita asmaramu bikin kamu senang. Tapi, ada di saat-saat terntentu, rasa insecure mengganggu pikiranmu.
Saat konflik hadirpun, kamu nggak kunjung berhenti untuk menyalahkan diri. Trauma cinta membuatmu jadi banyak merasa insecure. Kamu nggak ingin kehilangan orang yang kamu cintai.
Sayangnya, hal ini membuatmu mengambil keputusan yang salah. Seperti meminta maaf akan hal-hal yang sebetulnya nggak perlu dipersalahkan dan bukan merupakan kontrolmu.
“Maaf kalau aku nggak bisa membuatmu senang,”
atau,
“Maaf kalau aku punya kekurangan.”
Anxiety sudah jadi sahabat sehari-hari
Selain insecure, rasa cemas juga nggak henti-hentinya memenuhi kepalamu. Kamu banyak bertanya-tanya mengenai hal-hal yang berada di luar kendalimu. Nggak jarang, hal ini membuatmu terjaga sepanjang malam.
Nggak ada yang bisa menenangkanmu. Termasuk pasangan barumu yang sudah berusaha meyakinkanmu untuk mempercayainya, bahwa bisa jadi kisahmu nggak akan sama dengan cerita lama yang membuatmu trauma.
Namun, kamu juga nggak kunjung bisa mempercayainya. Di kepalamu hanya ada rasa cemas, takut, dan khawatir.
Trauma cinta menghadirkan flashback dan mimpi buruk
Setiap malam, kamu selalu nggak bisa tidur dengan nyenyak. Saat kamu mencoba tertidur pun, nggak jarang bayangan tentang masa lalu kembali menghampiri pikiranmu.
Bayangan-bayangan mengenai masa lalumu, hal-hal yang kamu takutkan terjadi, sampai pada sosok si dia yang membuatmu patah hati kerap kali menghantui tidurmu dengan rupa mimpi buruk.
Hati-hati, trauma cinta bisa bikin kamu jatuh cinta pada orang yang salah
Foto oleh JESSICA TICOZZELLI dari Pexels
Trauma cinta yang nggak disembuhkan dapat memberikanmu sebuah efek serius. Seperti kehilangan rasa percaya diri, nggak percaya bahwa hubungan sehat itu ada, sampai pada kesulitan untuk membangun hubungan dan kepercayaan terhadap orang lain kembali.
Jika sudah begini, kamu akan rentan untuk jatuh pada pelukan orang-orang yang salah, atau toxic relationship. Maka dari itu, sebelum memulai hubungan yang baru lagi, pastikan luka lamamu telah sepenuhnya sembuh.
Jika kamu merasa kesulitan untuk mengatasi trauma yang kamu hadapi sekarang, jangan ragu untuk menemui bantuan profesional.
Kamu juga bisa mendownload aplikasi Riliv secara gratis di PlayStore atau App Store. Temukan informasi mengenai kesehatan mental dan banyak psikolog yang bisa membantumu keluar dari masalah secara efektif!
***
Referensi:
- https://www.bustle.com/p/11-signs-you-are-experiencing-trauma-after-a-toxic-relationship-8759486