Cara menangani trauma antara pria dan wanita sangatlah berbeda, Dear! Trauma pada wanita lebih membekas bagi mereka, bahkan sulit untuk melupakannya, dibandingkan trauma pada pria.
Banyak fakta-fakta yang mungkin belum kamu tahu, dan bagaimana cara mengatasi trauma yang mungkin pernah kamu alami, Dear! Yuk simak!
Kondisi otak saat mengalami trauma pada wanita
Pengalaman traumatis melibatkan sebagian besar atau hampir semua indera — penglihatan, pendengaran, penciuman, kadang-kadang indera perasa, dan rasa sakit fisik. Setiap sensasi ini direkam dan disimpan di berbagai bagian otak, dan dapat meninggalkan bekas luka psikologis yang dalam.
Setelah mengalami peristiwa traumatis, bukan hal yang aneh bagi orang untuk menderita berbagai tingkat stres, depresi, dan gangguan kecemasan tertentu. Mimpi buruk, gangguan tidur termasuk ketidakmampuan untuk tertidur; juga merupakan indikator umum pasca-trauma.
Jika gejala-gejala ini tidak lagi mengganggu orang yang trauma setelah sebulan, maka mereka kemungkinan menderita gangguan stres akut. Tetapi, jika gejalanya berlanjut atau meningkat setelah sebulan, mereka mungkin menderita gangguan stres pasca trauma (PTSD).
PTSD dapat disebabkan oleh bencana alam dan bencana buatan manusia. Sekitar 8% populasi di Amerika Serikat mengidap PTSD seumur hidup mereka, dan jumlah ini diperkirakan terus meningkat.
Fakta #2: Wanita dan trauma
Banyak wanita yang telah mengalami peristiwa traumatis yang mengubah hidup dan psikologis mereka, bisa diakibatkan oleh bencana alam seperti badai, longsor, banjir atau gempa bumi, atau bencana buatan manusia, seperti kecelakaan mobil atau serangan teroris.
Selain itu, ternyata 1 dari 3 wanita pernah mengalami pelecehan seksual dalam hidup mereka. Jumlah ini mungkin jauh lebih tinggi, karena ini hanya kasus yang dilaporkan.
Seperti yang telah disebutkan di atas, trauma ini dapat meninggalkan bekas psikologis yang dalam. Ketika kita memiliki luka fisik — katakanlah luka dalam pada lengan kita dan kita tahu luka itu perlu dijahit, tetapi kita memutuskan untuk merawatnya sendiri — kita bisa mengobatinya sebaik mungkin tetapi kita berisiko terkena infeksi dan ketika luka sembuh, mungkin membentuk bekas luka keloid yang tebal.
Berbeda dengan luka fisik, ketika kita mengalami trauma serius, itu menjadi luka yang dalam di jiwa kita; luka yang terbakar dan membekas dalam ingatan. Kita mungkin dapat mencoba mengabaikannya dan mengatasinya sebaik mungkin, tetapi dapat berdampak pada kesehatan jiwa kita.
Sebagian besar wanita yang mengalami PTSD disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, kehilangan yang tiba-tiba dari orang yang dicintai, dan lain sebagainya. Beberapa ada yang melaporkan mengalami pelecehan seksual yang pernah dialami dalam kehidupan mereka.
Fakta #3 : Mengapa trauma akibat sexual assault berbeda?
Wanita lebih rentan mengalami pelecehan seksual dan kekerasan dibandingkan pria, dan pelecehan seksual dan kekerasan lebih cenderung menyebabkan gangguan stres pasca trauma (PTSD) daripada banyak pengalaman traumatis lainnya.
Mengapa demikian? Karena penyerangan seksual (sexual assault) berbeda dari jenis penyerangan lainnya, seperti dirampok atatu dikeroyok. Penyerangan seksual mungkin tidak berdampak ‘pribadi’ bagi si penyerang, namun lebih berdampak “pribadi” bagi si korban.
Pengalaman seksual seharusnya bersifat intim dan sukarela, bukan kekerasan. Dalam penyerangan atau pelecehan seksual, sesuatu yang wanita tawarkan dan inginkan dalam tindakan keintiman diambil dari mereka secara paksa — biasanya melalui kekerasan. Ini adalah hukuman yang tidak beralasan yang dapat meninggalkan luka psikologis permanen bagi korban.
Fakta #4 : Mengapa wanita suka menyalahkan diri sendiri?
Wanita lebih cenderung menyalahkan diri sendiri untuk peristiwa traumatis yang mereka alami daripada pria. Mengapa? Ini merupakan hal yang cukup rumit.
Tapi alasan yang lebih besar dan sangat signifikan kemungkinan karena hormon dan cara kerja otak wanita. Hormon yang bertanggung jawab tersebut adalah hormon PACAP (pituitary adenylate cyclase-activating polypeptide).
Studi bersama yang dilakukan di Emory dan University of Vermont oleh Kerry Ressler menunjukkan bahwa PACAP dapat mengubah respons estrogen pada wanita yang mengalami trauma, dan menyebabkan mereka mengalami gejala yang terkait dengan PTSD dan gejala-gejala terkait (depresi, kecemasan, stres, dll.) dan banyak lagi gejala-gejala yang berbeda.
Jadi, sepertinya kita bisa mengetahui mengapa wanita berperilaku berbeda dalam situasi tertentu. Yang menarik, pria yang menderita stres dan PTSD tidak menghasilkan hormon ini, hanya wanita saja lho, Dear!
Fakta #5 : Salah kaprah soal trauma pada wanita
Banyak yang menganggap wanita adalah “individu yang lemah”. Ungkapan ini adalah benar-benar kesalahpahaman lho, Dear! Wanita pada dasarnya adalah pribadi yang kuat dan ulet; tetapi semua trauma dan stres ini — termasuk pekerjaan yang membuat stres — menyebabkan wanita menderita tekanan darah tinggi dan serangan jantung, sehingga terlihat lemah dan fragile.
Stigma yang berkembang di masyarakat mengajarkan kita bahwa laki-laki telah diajarkan untuk menjaga emosi dan perasaan mereka. Sementara wanita, baik karena alasan biologis atau sosial atau kombinasi dari keduanya, tampaknya lebih bersentuhan dan lebih peka dengan perasaan mereka dan lebih butuh bantuan untuk mengatasi trauma yang mereka alami.
Cara mengatasi trauma dengan Time Perspective Theraphy
Pengobatan yang dikembangkan oleh Rosemary K.M. Sword dan Philip Zimbardo, dalam bukunya yaitu The Time Cure: Overcoming PTSD with the New Psychology of Time Perspective Therapy, telah terbukti sebagai cara yang cepat dan efektif untuk mengurangi depresi, kecemasan, stres, dan banyak gejala PTSD lainnya, serta membantu masalah kesedihan dan kehilangan, pasangan dan masalah keluarga, dan banyak lagi.
Dalam TPT, gejala-gejala berikut dapat dijelaskan dengan yang berkaitan dengan waktu terjadinya yaitu:
- Depresi: berdasarkan pengalaman masa lalu
- Kecemasan: mengantisipasi pengalaman negatif di masa depan
- Stres: dapat didasarkan pada masa lalu dan masa depan
- Semua pengalaman yang disebutkan di atas — secara individu atau dalam kombinasi apapun di masa kini.
Singkatnya, seperti inilah cara TPT bekerja yaitu:
- Ubah pikiran negatif dari masa lalu dengan pengalaman positif masa lalu
- Rencanakan dan bekerjalah menuju masa depan yang lebih cerah dan lebih baik
- Luangkan waktu untuk menikmati diri sendiri di masa sekarang; temukan keindahan, kegembiraan dan tawa
- Bersosialisasi: tetap terhubung dengan keluarga, teman, orang yang bekerja denganmu atau yang memiliki minat yang sama.
Kamu dapat mengatasi trauma yang kamu alami dengan mencoba hal-hal di atas, namun tentunya kamu juga butuh bimbingan dengan yang lebih ahli dan profesional di bidangnya yaitu seorang psikolog, yang dapat membantumu dan kamu dapat berkonsultasi untuk mengatasi trauma yang kamu alami dengan lebih baik lagi.
Jangan malu untuk berkonsultasi dengan psikolog, Dear. Tidak ada salahnya untuk mencoba aplikasi Riliv, Dear!
Disadur dari:
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-time-cure/201503/are-you-traumatized-woman#
Ditulis oleh Albin Sayyid Agnar, rebahan enthusiast.