Hallo pembaca Riliv, perkenalkan nama saya dinar wahyu utami bisa panggil saya ninan saja. Saya ingin menceritakan sedikit kisah perjuangan hidup saya tentunya yang berkaitan dengan kondisi mental yang saya rasakan.
Awal yang kurang baik
Saya anak ke 4 dari 4 bersaudara yang tinggal di salah satu desa kurang lebih 1 jam dari kota solo. Saya terlahir dari keluarga yang sederhana. Bisa dibilang keluarga saya merupakan keluarga yang harmonis pada saat itu. Tetapi pada waktu saya masih duduk di bangku TK atau SD saya sering mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya yang dilakukan oleh ibu saya. Ketika saya melakukan kesalahan saya sering dihukum dengan menyeret ke kamar mandi dan menyirami dengan air beberapa kali sampai saya hampir tidak bisa bernafas. Hal itu saya rasakan hampir setiap minggu dan membuat kondisi mental saya hancur.Perlakuan tersebut cukup membuat saya trauma pada saat itu dan masih membekas sampai sekarang.
Menginjak SMP orang tua saya sering bertengkar dihadapan saya, bahkan saat teman-temanku main ke rumah, mereka dengan santainya saling beradu argumen dan beberapa kali membanting barang yang ada di rumah. Kejadian tersebut membuat saya takut juga. Dari dua kejadian tersebut membuat saya menjadi orang yang introvert dan takut atau sungkan jika bertemu orang-orang baru. Setiap kali terjadi masalah semua berimbas di prestasi akademik saya.
Satu langkah kecil yang baik
Selama sekolah ya bisa dikatakan nilai-nilai saya cukup bagus karena saya juga ingin membuat bangga orang tua saya dengan prestasi. Tetapi pada saat saya kelas 8 saya mendapat peringkat terakhir di kelas, karena saya tidak fokus dalam menerima pelajaran. Hal itu cukup membuat hati saya hancur dan sempat minder dengan teman-teman yang lain.
Pada saat kelulusan SMP, Alhamdulillah saya mendapat nilai yg menurut saya sudah cukup bagus dan saya diterima di salah satu SMK favorit di kota solo dan saya memutuskan untuk tinggal di kos. Kenapa saya memilih kota solo karena saya ingin merasakan hidup mandiri dan tidak melihat orang tua saya bertengkar setiap hari dan saya jadi lebih bisa beradaptasi dengan orang lain. Dengan cara ini cukup membantu melupakan trauma-trauma yang saya rasakan.
Dan saya membuktikan kalau saya tidak akan mengecewakan kedua orang tua saya yang sudah menyekolahkan aku jauh-jauh, pada saat kelas 10 saya mendapat peringkat 1. Tetapi pada saat saya duduk kelas 11 SMK, setiap akhir pekan saya pulang kerumah dan selalu mendapati orang tua saya bertengkar lagi. Dan yang menjadi penyebab pertengkaran mereka adalah cewek idaman lain dari ayah saya.
Awalnya saya tidak percaya kalau ayah saya bisa melakukan hal tersebut. Tetapi selama dirumah sering kali saya mendapati ayah saya menerima telpon dari cewek yang tidak saya kenal. Hal itu sangat menyayat hati saya. Sosok ayah yang selama ini saya banggakan karena kerja keras beliau seketika berubah 360 derajat, saya sangat membenci ayah saya pada saat itu. Dan pada saat itu prestasi akademik saya menurun, tetapi tidak sampai peringkat terakhir. Sering kali saya menangis di kos tetapi saya tidak cerita tentang peristiwa ini ke siapapun termasuk teman satu kamar saya, karena saya menganggap hal ini adalah aib keluarga yang harus saya simpan. Alhasil saya kembali menjadi pribadi yang tertutup. Saya mencoba bangkit sendiri dan saat kelas 12 saya lulus dengan nilai yang cukup bagus juga.
Perjuanganku untuk mempertahankan keluargaku
Setelah lulus SMK saya memutuskan untuk langsung bekerja tidak lanjut kuliah dulu karena pada saat itu saya memikirkan kondisi ekonomi keluarga saya. Ayah saya saat itu sudah pensiun dan kakak saya melangsungkan pernikahan. Alhamdulillah saya mendapat pekerjaan di jogja. 1 setengah tahun saya bekerja disana. Dan Alhamdulillah lagi ayah saya juga mendapat pekerjaan di kota Medan. Karena kondisi ekonomi yang membaik saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah saya di kota solo mengambil program Diploma 3. Pada saat saya masuk semester 3 ayah saya dipecat dari pekerjaannya. Dan saya mengetahui alasan kenapa ayah saya dipecat adalah karena ayah saya membawa wanita idaman lainnya ke medan.
Pada saat itu hati saya hancur kembali. Uang kuliah selalu telat karena setiap kali saya minta ke orang tua saya pasti dikasihnya telat semntara saya tahu kalau ada telpon dari wanita idaman lain itu pasti langsung dikasih. Pada saat itu saya merasa iri dan saya memutuskan untuk tinggal dengan tante saya. Dan Alhamdulillah dari semester 3 sampai semester 5 kuliah saya ditanggung oleh beliau. Tetapi masuk kuliah semester 6 saya sudah tidak dibiayai tante saya lagi karena pada saat itu saya ingin dijodohkan dengan seseorang oleh tante saya tetapi saya tidak berkenan dan tante saya memutuskan untuk tidak mau membiayai saya lagi. Akhirnya saya kembali dibiayai orang tua saya dan kakak saya. Tetapi sampai saat akhir semester 6 ini tidaklah mudah untuk saya melaluinya.
Gejolak mental yang kembali datang
Di semester 6 ini saya kembali merasakan gejolak mental yang cukup menggoyahkan semangat saya untuk menyelesaikan studi. kurangnya dukungan finansial dan dukungan moral dari keluarga saya membuat saya stress saat ini. Tetapi saya berusaha bangkit sendiri dan saat ini saya sedang menunggu untuk sidang tugas akhir dimana itu menentukan kelulusan saya di jenjang kuliah ini.
Harapan saya supaya saya dapat lulus dan bisa mendapat pekerjaan yang layak dan bisa membanggakan keluarga saya terlepas dari masalah-masalah yang saya alami. Di dalam hati saya yang paling dalam saya sangat mencintai keluarga saya dan saya ingin mengangkat derajat keluarga saya dengan kehidupan yang lebih layak lagi. Walaupun keadaan mental saya masih terganggu dan belum sembuh total saya akan berusaha untuk menyelesaikan tanggung jawab saya dengan baik.
Sekian kisah dari saya, mohon maaf apabila kata-katanya susah dimengerti. Tapi saya senang bisa berbagi tulisan ini kepada pembaca Riliv karena sebelumnya saya belum berani menceritakan ini kepada siapapun.
Written by Dinar Wahyu Utami
—
Riliv membuka kesempatan bagi pembaca untuk berbagi cerita seputar pengalaman kesehatan mental. Kirimkan tulisanmu dalam file Word ke story@riliv.co dengan subjek “#YOURSTORY – Judul – Nama”. Silakan menggunakan nama samaran bila berkenan.