“Ih, cowok kok nangis sih! Ayo, cowok nggak boleh cengeng!”
Toxic Masculinity – Kamu pasti cukup sering mendengar komentar seperti ini dari orang tua pada anak cowoknya. Sejak kecil, banyak dari kita yang dibesarkan dengan konsep yang menekankan sosok ideal cowok dan cewek dan bagaimana cowok dan cewek semestinya bersikap.
Dalam hal ini, cowok biasanya dituntut untuk lebih bersikap “laki” dengan mengambil peran yang dominan, kuat secara fisik, tidak boleh mengekspresikan perasaan sedih secara terbuka, lihai dalam hal seksual, dan lain-lain. Konsep inilah yang disebut dengan toxic masculinity atau ekspresi maskulinitas yang sifatnya negatif.
Dampak Negatif Toxic Masculinity di Masyarakat
Kenapa negatif? Toxic masculinity bisa berdampak buruk buat cowok yang nggak bisa memenuhi “standar” atau ekspektasi sebagai laki-laki. Cowok yang dinilai kurang “laki”, akan merasa diri kurang, lemah, tak berdaya, benci pada diri sendiri, menjadi pemurung, bahkan depresi.
Di sisi lain, toxic masculinity juga bisa mendorong cowok untuk merasa “berhak” bersikap agresif, melakukan kekerasan, dan diskriminasi gender, karena merasa diri sebagai “alpha.” Di Indonesia, misalnya, kebanyakan pria yang melakukan kekerasan seksual kepada wanita berlindung di balik peran gender di mana wanita seringkali ditempatkan sebagai pihak yang harus menurut dan tidak bisa melakukan apa-apa. Dan lebih parahnya lagi, ini bisa menjadikan rape culture menjamur di sekitar kita.
Secara psikologis, cowok yang termakan oleh pandangan ini juga bisa mengalami gangguan mental lebih mudah. Hal ini karena ketika depresi menyerang, mereka cenderung lebih suka memendam permasalahannya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS menunjukkan bahwa gejala depresi pada anak laki-laki meningkat dari 4,3 menjadi 5,7% secara nasional. Depresi adalah gangguan mental yang berbahaya, sebab bisa berujung pada hilangnya gairah hidup, yang bisa menimbulkan keinginan bunuh diri.
Cara-cara yang Bisa Dilakukan Untuk Mengurangi Toxic Masculinity
Karena nilai-nilai toxic masculinity ini sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat, tentunya nggak mudah untuk mengubahnya. Namun, sebagai generasi muda, kamu bisa membiasakan konsep baru untuk membantu mengeliminasi dampak buruk toxic masculinity pada cowok. Berikut ini cara-ccara yang bisa kita lakukan, terutama sebagai teman wanita seorang laki-laki!
Mendengarkan teman cowok yang curhat
Curhat adalah cara yang sehat untuk meluapkan perasaan. Dengan menceritakan masalah, kamu bisa merasa lebih lega dan tenang, sehingga bisa menghadapi masalah dengan lebih baik.
Berdiskusi dengan orang lain tentang masalahmu juga bisa membuat pikiran lebih terbuka. Curhat tidak hanya dilakukan oleh cewek. Cowok juga boleh kok membagi perasaan dan masalahnya. Dan ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan “kejantanan!”
Baca juga: 5 Manfaat Curhat dengan Psikolog: Luapkan Isi Hatimu!
Nggak emosian
Hadapi masalah dengan kepala dingin dan utamakan untuk berkompromi. Mengedepankan emosi untuk menyelesaikan masalah tidak akan membuat kamu tampak lebih gagah atau macho.
Cewek akan lebih suka sama cowok yang lembut dan bisa mengatasi konflik dengan bijaksana.
Nggak mengejek teman cowok yang menangis
Saat melihat teman cowok menangis karena bersedih, sesepele apapun penyebabnya, hindari untuk mengejeknya. Ketimbang ngatain dia nggak manly atau cengeng, kamu bisa coba tanyakan apa masalahnya dan menawarkan diri untuk membantunya mengatasi masalah.
“Laki” nggak harus dekil
Banyak anggapan yang memandang cowok yang dandan rapi dan modis biasanya nggak macho. Nggak juga kok, guys! Konsep cowok macho bukanlah harus dekil, pakai celana sobek-sobek, naik motor gede, atau berjaket kulit. Penampilan yang rapi, sopan, dan bersih akan lebih enak dipandang. Selain itu, memperhatikan penampilan juga berarti kamu menghargai orang lain.
Apakah kamu ingin mencari psikolog di sekitarmu untuk membantumu atau mencari treatment untuk teman laki-lakimu yang sedang kesulitan? Kamu bisa menghubungi psikolog dengan cepat melalui aplikasi Riliv!
Referensi:
- Abigail, C. Dimension of Toxic Masculinity in Male Sexual Assault Case at KPI. Retrieved from GHSR Udayana: https://gshrudayana.org/2022/02/14/dimension-of-toxic-masculinity-in-male-sexual-assault-case-at-kpi/
- Montero, H. (2022). Depression in Men: The Cycle of Toxic Masculinity. Retrieved from Psycom: https://www.psycom.net/depression/depression-in-men/toxic-masculinity
- Vallie, S. (2022). What Is Toxic Masculinity?. Retrieved from WebMD: https://www.webmd.com/sex-relationships/what-is-toxic-masculinity