Apa itu glass ceiling – Diskriminasi gender antara pria dan wanita bukan berita baru, tetapi tahukah Anda kalau akibat dari diskriminasi tersebut ternyata bisa menghambat karir wanita atau bahkan menjadi penghalang bagi wanita karir untuk mendapatkan posisi impiannya?
Hal itulah yang disebut dengan glass ceiling. Menurut Healthline, istilah glass ceiling mengacu pada diskriminasi ‘tak terlihat’ yang menghalangi karyawan, khususnya kaum hawa, untuk maju di tempat kerja.
Jika ada karyawan yang merasa “dilewati” orang karyawan lain yang sebenarnya memiliki kualitas di bawahnya, maka glass ceiling sudah terjadi di perusahaan Anda.
Apa itu glass ceiling dan kapan munculnya istilah tersebut?
Istilah glass ceiling muncul pada 1978 oleh Marilyn Loden, konsultan manajemen sekaligus penulis dari beberapa buku ternama yang mengangkat isu perempuan, ketika merayakan Hari Perempuan Internasional.
Menurutnya, glass ceiling berfokus pada citra wanita di lingkungan sekitar yang membuat potensi mereka terhambat untuk bisa maju. Jadi, ini adalah fenomena yang gunakan untuk menggambarkan hambatan yang dihadapi oleh wanita karir saat ingin meraih jabatan atau posisi yang lebih tinggi di tempat kerjanya.
Efek karyawan yang mengalami glass ceiling di tempat kerja
Kesulitan untuk naik jabatan atau mendapatkan posisi yang diinginkan (apalagi jika karyawan merasa kemampuannya sudah mumpuni), tentu saja akan menimbulkan efek buruk.
Di bawah ini ada beberapa efek yang akan terjadi pada karyawan yang mengalami glass ceiling di tempat kerja.
1. Karyawan menjadi stres
Studi 2019 menyebut bahwa dampak langsung dari glass ceiling adalah menimbulkan atau memperparah tingkat stres karyawan. khususnya karyawan perempuan. Dalam jangka panjang, stres bisa membuat mereka sering merasa sedih, susah tidur, sakit kepala, dan cepat marah.
Akibatnya? Produktivitas kerja karyawan tersebut tentu akan menurun dan bahkan bisa mengganggu pekerjaan karyawan lain yang berhubungan dengannya.
2. Karyawan mengalami gangguan mood
Pada dasarnya, wanita mengalami kecemasan dan depresi lebih banyak dibandingkan dengan pria.
Itulah mengapa menurut studi Trusted Source pada 2016, disebutkan bahwa diskriminasi gender di tempat kerja menjadi salah satu faktor penyebab karyawan wanita lebih rentan mengalami gangguan mood dibandingkan karyawan pria.
Beberapa gejala gangguan mood, yang bahkan bisa jadi mengarah pada depresi,seperti:
- Putus asa
- Kebiasaan makan berubah
- Kekurangan energi
- Sering merasa bersalah
- Cepat marah
Baca Juga:
9 Ciri Karyawan Stres, HR Harus Apa? Yuk, Simak!
Setelah tahu apa itu glass ceiling, bagaimana cara karyawan menghadapinya?
Mau tidak mau, suka tidak suka, wanita pasti akan sering menemukan glass ceiling di mana pun mereka bekerja. Ini karena isu kesetaraan gender di tempat kerja masih menjadi isu utama dan belum banyak perusahaan (atau para petinggi di perusahaan) yang benar-benar menghilangkannya.
Meski begitu, Anda bisa menyarankan para karyawan wanita di perusahaan untuk melakukan beberapa cara di bawah ini saat menghadapi glass ceiling:
1. Lakukan semua pekerjaan dengan maksimal
Do your best. Mungkin Anda bisa memberikan saran ini kepada semua karyawan wanita. Jangan bekerja untuk mendapatkan perhatian dari manajer atau atasan, tetapi bekerja untuk diri sendiri dengan melakukan semuanya secara maksimal.
Dengan begitu, pada akhirnya kinerja maksimal tersebut akan terlihat oleh para atasan dan menjadi bahan pertimbanganuntuk mendapatkan promosi jabatan.
2. Selalu menunjukkan hasil kerja atau pencapaian yang dilakukan
Katie Burke, Chief People Officer di HubSpot, karyawan wanita cenderung tidak membagikan hasil pencapaiannya. Ini tentu saja akan merugikan mereka.
Padahal, dengan selalu menunjukkan hasil kerjanya, secara tidak langsung itu akan membuka peluang karyawan untuk mendapatkan kenaikan posisi atau jabatan di kantor karena para atasan mereka memiliki nilai yang patut diperhitungkan.
3. Bangun network seluas-luasnya
Satu hal yang juga disarankan oleh Kate adalah membangun network atau jaringan seluas-luasnya selama bekerja.
Semakin luas network tersebut, maka semakin besar peluang karyawan untuk mengalami kenaikan jabatan atau bahkan mendapatkan tempat kerja yang lebih baik dan tidak memiliki glass ceiling di dalamnya.
Mulailah dari lingkungan terdekat saat membangun network dan minta karyawan untuk tidak ragu memanfaatkan media sosial yang dimiliki untuk memperluas jaringan yang dimiliki.
Jika Anda atau perusahaan masih memiliki masalah seputar glass ceiling, Anda bisa berkonsultasi dengan Riliv for Company yang memiliki program kerjasama Employee Assistance Program sebagai berikut:
- Konseling karyawan langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu untuk konsultasi psikologi online
- Kelas untuk karyawan dari pakar dunia psikologi, karir, dan mindfulness untuk menemukan performa maksimal dari karyawan Anda
- Konten mindfulness berupa audio guide mindfulness content untuk menciptakan fokus dan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga Anda bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna
- Harga terjangkau karena Anda akan langsung mendapatkan semua paket dalam harga yang masuk akal
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Bila Anda tertarik untuk bekerjasama dengan Riliv for Company demi investasi kesehatan mental para karyawan Anda, kontak Indra 0857-8587-5736 untuk informasi lebih lengkap tentang motivasi karyawan dan peningkatan produktivitas karyawan.
Referensi:
- beautynesia.id. Seputar Glass Ceiling, Diskriminasi Gender yang Bikin Perempuan Sulit Melangkah Maju di Dunia Kerja
- kumparan.com. Glass Ceiling, Fenomena Ketimpangan Gender yang Sering Terjadi di Tempat Kerja
- glints.com. Sering Jadi Hambatan Perempuan dalam Berkarier, Apa Itu Glass Ceiling?
Ditulis oleh Elga Windasari
Baca Juga: