Attachment style – Kalau bicara hal ini pasti erat kaitannya sama sebuah hubungan. Baik itu percintaan, pertemanan, bahkan hubungan keluarga. Istilah ini diartikan sebagai ikatan emosional antara dua orang. Mereka yang ada di hubungan tersebut saling memberi rasa nyaman, perhatian, dan kesenangan. Tapi nyatanya, banyak hubungan yang nggak berjalan dengan baik. Hal tersebut bisa terjadi karena pengaruh dari pemahaman tentang attachment style setiap individu. Hmmm, memang pengaruhnya apa? Yuk simak penjelasannya!
Definisi Menurut Bowlby
Sebelum bahas tentang pengaruh, kita cek dulu yuk arti dari attachment style itu sendiri! Kalau bahas soal ini nggak bisa lepas dari teori keterikatan John Bowlby. Dalam Psych Central, teori ini menggambarkan ‘keterikatan’ sebagai ‘keterhubungan psikologis yang langgeng antar manusia’. Bowlby juga punya pandangan, kalau pengalaman di masa anak-anak berpengaruh terhadap masa depan seseorang. Termasuk ketika menjalin hubungan sama orang lain.
Coba kamu perhatikan lebih detail lagi, kadang antara kamu dan orang terdekat, punya cara yang berbeda buat bisa merasa saling terpenuhi. Misalnya kamu mau selalu pasangan hadir secara fisik dan takut banget kehilangan dia. Ada juga contoh lain, misalnya kamu adalah tipe orang yang takut buat terlalu dekat sama seseorang.
Itu kenapa penting untuk memahami attachment style diri sendiri dan orang lain, supaya bisa bikin hubungan lebih nyaman.
By the way, keterikatan itu ada beberapa jenis, lho. Mau tau apa aja? Keep scrolling, ya!
Jenis-jenis Attachment Style
Masih menurut teori Bowlby, ada empat jenis attachment style yaitu secure, avoidant, anxious, dan disorganized. Yuk, kita bahas satu per satu!
- Secure
Keterikatan ini diartikan sebagai kemampuan seseorang membangun hubungan yang sehat dalam jangka panjang. Hal ini merupakan hasil dari perasaan aman yang diberikan orang tua atau orang yang mengasuhmu saat kecil. Sampai akhirnya ketika kamu dewasa jadi orang yang berani meminta haknya buat merasa disayangi tanpa takut akan dihukum. Perasaan yang dimaksud seperti kenyamanan, aman, dihargai, dipahami, dan lainnya. Orang dengan attachment style ini cenderung membawa hubungan ke arah yang positif. Selain itu, biasanya mereka lebih percaya dan mencintai pasangannya. Ada beberapa tanda orang dengan keterikatan seperti ini, misalnya mampu mengatur emosi, bisa mempercayai orang lain, merasa nyaman baik saat sendiri atau dalam hubungan yang dekat, mampu mengelola masalah, dan membuat batasan yang sehat.
- Avoidant
Kalau jenis satu ini bisa disebut kebalikan dari yang sebelumnya. Keterikatan ini cenderung gagal membangun hubungan sehat dalam jangka panjang karena mereka nggak mau punya hubungan yang terlalu dekat. Hal ini bisa terjadi karena pola asuh yang nggak mencukupi kebutuhan emosional. Misalnya sering dibiarkan sendirian saat masih kecil, dipaksa jadi mandiri, selalu ditegur saat meminta pertolongan, atau merasa ditolak saat ingin mengekspresikan sesuatu. Ketika dewasa, orang tersebut berusaha sebisa mungkin nggak bergantung sama orang lain. Begitu juga dalam hubungan percintaan, sering kali mereka takut merasa ditolak saat mengekspresikan perasaan sayangnya.
- Anxious
Jenis keterikatan ini cenderung takut kehilang seseorang. Tentunya ada pengaruh dari pola asuh sejak kecil yang nggak konsisten dan nggak sesuai sama kebutuhannya. Hal ini bikin anak susah buat memahami orang tua. Jadi, di satu sisi orang tua responsif sama kebutuhan anaknya tapi di saat bersamaan mereka nggak mau menyesuaikan diri. Misalnya orang tua mudah kewalahan, susah mengontrol emosi, dan bikin anak merasa bertanggung jawba sama perasaan orang tua. Hal-hal tersebut menyebabkan anak berpikir kalau mereka harus menjaga perasaan orang lain terus-menerus supaya punya hubungan yang baik. Ketika anak dewasa, mereka sering merasa nggak layak buat dicintai. Dalam hubungan percintaaan, mereka butuh kepastian terus-menerus dari pasangannya, sering menyalahkan diri sendiri sama masalah yang terjadi dan cemburuan. Pada akhirnya mengakar kuat sebagai perasaan takut ditinggalkan, ditolak, atau sendirian.
- Disorganized
Attachment style yang terakhir yaitu disorganized. Jenis ini didefinisikan sebagai perilaku yang susah buat konsisten dan percaya sama orang lain. Beberapa tanda lainnya yaitu:
– Takut penolakan
– Nggak mampu mengatur emosi
– Kecemasan tingkat tinggi
– Gangguan suasana hati
– Gangguan kepribadian
– Menyakiti diri sendiri
Penyebab utama terjadinya yaitu trauma masa anak-anak, pelecehan, pengabaian, atau ketakutan terhadap orang tua. Hal ini bikin anak memandang orang tua sebagai sumber kenyamanan tapi juga ketakutan. Ketika dewasa, mereka cenderung punya perilaku yang membingungkan dan susah ditebak. Mereka juga bakal berusaha mencari kasih sayang tapi disaat bersamaan membuat pasangannya menjauh karena takut akan cinta. Mereka takut sama hal ini tapi ecara konsisten mencarinya, cuma buat menolaknya lagi.
Gimana Pengaruhnya dengan Hubungan sama Orang Lain?
Attachment style memang dipengaruhi sama pola asuh yang diterima saat masa anak-anak, tentang bagaimana hubungan anak dan orang tuanya. Tapi, jenis ketertarikan yang dirasakan pada saat usia dewasa bukan cuma dipengaruhi itu aja. Hal-hal yang terjadi dari usia anak sampai dewasa juga termasuk. Karena pada rentang waktu tersebut, ada banyak pengalaman yang dirasakan. Itu kenapa nggak bisa semata-mata menyalahkan orang tua dengan attachment style kita sekarang. Tapi tenang aja, hal ini bisa diubah, kok.
Dalam Psych Central seorang konselor hubungan, Katarzyna, mengungkapkan hal yang paling penting itu menyadari kalau seseorang bisa berubah dari gaya keterikatan yang nggak aman jadi yang lebih sehat dan aman. Hmmm, gimana caranya?
Dalam Psychological Today, ada beberapa cara yang bisa dicoba, lho!
- Sembuhkan dulu perasaan bersalah sama hal-hal yang dulu pernah dilakukan dan coba tingkatkan self-esteem. Dengan ini kamu bisa lebih tau kebutuhan emosionalmu dan belajar buat menghargainya. Jadi emosi kamu lebih stabil dan nggak terlalu sensitif.
- Belajar assertive yaitu komunikasi dengan jujur dan tegas tapi tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain.
- Berani jadi diri sendiri dengan tegas.
- Menerima diri sendiri dan orang lain. Hal ini berguna supaya kita nggak terus mencari kesalahan pada diri sendiri atau orang lain.
- Stop reacting. Ini cukup menantang karena sistem saraf kita digunakan buat bereaksi secara otomatis. Hal ini memerlukan kemampuan mengidentifikasi pemicu yang bikin kamu merasakan emosi tertentu dan juga kemampuan melepaskannya.
- Belajar menenangkan diri, misalnya meditasi rutin 10 menit per hari. Kalau belum pernah melakukannya, kamu bisa coba pakai aplikasi Riliv karena ada banyak pilihan konten. Termasuk konten tentang cara membangun hubungan yang sehat sama orang lain.
- Belajar buat menyelesaikan konflik dan berkompromi.
Pengalaman masa kecil bisa mempengaruhi kamu di usia dewasa, termasuk caramu berhubungan sama orang lain. Tapi bukan berarti nggak bisa dikendalikan. Karena, semua orang selalu punya kesempatan buat jadi lebih baik.
Here Is How to Identify Your Attachment Style. psychcentral.com
The Different Types of Attachment Styles. verywellmind.com
The 4 Attachment Styles In Relationships + How To Find Yours. mindbodygreen.com
How to Change Your Attachment Style and Your Relationships. psychologytoday.com