Tuntutan ekonomi yang semakin besar tak jarang membuat orang tua harus menghabiskan waktu untuk bekerja di luar rumah yang membuat kurangnya waktu kebersamaan antara orang tua dan anak. Padahal, selain gizi yang baik dan stimulasi yang cukup, kelekatan atau bonding dengan anak dibutuhkan agar tumbuh kembang anak optimal.
Bagaimana kelekatan dengan anak yang baik dapat mempengaruhi kehidupannya?
John Bowlby, seorang tokoh psikologi mengungkapkan bahwa kualitas kelekatan antara orang tua dan anak pada awal masa kehidupannya akan membentuk internal working model pada diri anak, yang kemudian menentukan cara pandangnya terhadap dunia serta bagaimana ia berelasi dengan orang lain.
Kualitas kelekatan yang baik, akan menyediakan sebuah rasa aman bagi anak untuk mengeksplorasi, belajar, dan bersosialisasi. Secara emosional, anak akan lebih memiliki daya tahan, kemampuan beradaptasi, dan regulasi stress yang baik karena terdapat relasi yang berkualitas dengan orang tua sebagai “jaring pengaman” untuknya.
Kualitas bonding dengan anak yang baik ditandai dengan adanya relasi yang berharga, aman, dan dapat diandalkan. Sebaliknya, kelekatan yang disfungsional dapat membuat anak merasa kurang berharga, kurang diperhatikan, dan kurang dimengerti.
Namun, orang tua tidak perlu khawatir. Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Marriage and Family mengungkapkan bahwa waktu kebersamaan yang berkualitas lebih bermanfaat bagi anak daripada waktu kebersamaan yang lama, namun tidak diiringi dengan kualitas. Bukan tentang seberapa banyak waktu yang orang tua habiskan dengan anak, namun bagaimana orang tua menghabiskan waktunya dengan anak.
Bagaimana tips memperkuat bonding atau kelekatan dengan anak?
- Sediakan waktu khusus untuk anak setiap hari untuk saling berbagi. Anda dapat menceritakan pengalaman anda dan ungkapkan betapa bersyukurnya anda dapat mengobrol dengannya. Minta juga kepada anak anda untuk menceritakan pengalamannya.
- Bantu anak mempersiapkan kebutuhan sekolah esok atau rencana yang akan dilakukannya. Beritahu kemana ia dapat meminta bantuan, seperti kepada pengasuh, guru di sekolah, atau kepada Anda sendiri melalui telefon.
- Informasikan pada anak mengenai jadwal pribadi anda. Beritahu padanya apabila anda harus melakukan dinas ke luar kota atau tidak dapat pulang kerja seperti biasanya untuk memberi rasa aman pada anak.
- Beri perhatian kecil di tempat yang mudah ditemukan anak. Tempelkan notes ucapan cinta atau sekedar penyemangat di kotak makan atau lemari es.
- Ungkapkan rasa sayang anda setiap hari. Ungkapkan dengan mengatakan “I love you” atau dengan pelukan. Jadikan ini sebagai ritual sebelum berangkat kerja dan sebelum tidur.
- Selalu berkomunikasi dengan positif. Sampaikan apresiasi usaha yang telah dilakukan anak anda dengan baik ketika tidak bersama anda. Beri masukan dengan baik dan ajak anak mencari solusi daripada melarangnya melakukan sesuatu.
- Buat sebuah ritual kegiatan bersama anak. Seperti makan malam bersama, masak bersama, atau membacakan cerita sebelum tidur. Anda juga dapat mengajaknya jalan-jalan atau makan di luar pada akhir pekan.
- Singkirkan gadget dan matikan TV. Matikan keduanya selama waktu kebersamaan dengan anak. Fokuslah untuk berkomunikasi dengan anak.
- Manfaatkan kegiatan sehari-hari untuk bermain dan tertawa bersama. Contohnya dengan bermain air saat mandi atau menyanyi bersama saat mengantar anak sekolah.
- Sediakan me time untuk diri anda sendiri setidaknya setiap seminggu sekali. Manfaatkan waktu itu untuk melepas lelah dan memanjakan diri dengan melakukan hobi atau kegiatan favorit anda yang lain.
References:
Brown, S. L., W.D. Manning, and J.B. Stykes. 2015. “Family Structure and Child Well-Being: Integrating Family Complexity.” Journal of Marriage and Family, 77(1), 177–90.
Written by:
Fransisca Putri Intan Wardhani, S.Psi., M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ciputra).
Konten ini merupakan kerjasama antara Fakultas Psikologi Universitas Ciputra dengan Riliv. Riliv adalah startup konseling online dengan psikologi nomor 1 di Indonesia. Riliv senantiasa mengajak masyarakat untuk lebih sadar dengan kesehatan mental mereka. Silahkan kirim cerita atau artikel kesehatan mental ke story@riliv.co