Cara Mendidik Anak Remaja – Bagi Anda yang memiliki anak remaja, pastinya Anda sudah sadar bahwa mereka lebih suka menghabiskan waktu bukan dengan keluarga. Sehingga dibutuhkan cara mendidik yang tepat untuk mendampingi proses mereka dalam menuju dewasa. Karena pada kenyataannya hal ini tidak mudah untuk dilakukan, Anda bisa ikut beberapa tips Riliv di bawah ini.
Pahami Psikologis Remaja
Usia remaja di 10-19 tahun, merupakan masa transisi dimana pola pikir mereka sudah melewati tahap anak-anak tapi belum sepenuhnya matang menuju dewasa. Karena itu remaja cenderung membutuhkan treatment yang unik dimana insting dan bonding yang kuat akan memudahkan Anda untuk bisa mengartikan keinginan dan kebutuhannya dengan tepat.
Hal ini dikarenakan adanya kesulitan bagi anak-anak remaja dalam mengkomunikasikan kebutuhan serta emosinya dengan tepat sebagai akibat dari masa transisi. Sehingga sebagai orang tua penting untuk Anda bisa memberikan bantuan agar mereka tidak merasa tersesat dan salah jalan dalam mencari solusi.
Terlebih menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh The American College of Obstetricians and Gynecologists, disebutkan satu dari lima remaja berusia 9-17 tahun saat ini memiliki gangguan kesehatan mental. Bahkan kondisi ini bisa mengarahkan anak kepada gangguan psikiatri lainnya saat sudah dewasa jika tidak berhasil ditangani dengan tepat.
Karena itu, jangan pernah remehkan gangguan kecemasan bahkan perubahan mood anak remaja Anda, jika sudah terjadi terlalu sering. Anda bisa konsultasikan hal ini dengan psikolog keluarga jika masa pubertas anak semakin memburuk dan berdampak pada kehidupan sehari-harinya.
Namun jika masa pubertas ini masih bisa diatasi atau mungkin Anda masih dalam masa persiapan, pastikan beberapa cara mendidik berikut tidak Anda lakukan.
1. Lupa Orang Tua Juga Pernah Puber
Orang tua cenderung protektif ketika buah hatinya masih dalam masa kanak-kanak. Semua keputusan dibuat oleh orang tua demi kebaikan si anak. Tidak boleh main tanah agar tidak kotor, jangan main hujan supaya tidak sakit. Tapi, saat beranjak dewasa anak-anak ini mulai ingin diberi kepercayaan dalam memutuskan sesuatu. Dan orang tua, seringkali melupakan hal ini.
Mungkin Anda akan/sering lupa bahwa sebelum menjadi orang tua, Anda juga tidak suka jika orang tua terlalu ikut campur. Karena itu, jangan takut untuk memberikan kebebasan kepada anak. Biarkan anak belajar mengambil keputusan dan menerima konsekuensi atas jalan yang telah mereka pilih.
Kelak saat dewasa, mereka sudah terlatih untuk bertanggung jawab atas pilihan hidupnya.
2. Mengguri Anak Terlalu Sering
Bukan menggurui, tapi menjadi teman yang baik bagi anak adalah metode parenting yang paling efektif. Khususnya saat memiliki anak remaja. Komunikasi yang baik akan terjalin jika Anda memposisikan diri sebagai teman.
Anak remaja butuh untuk didengarkan dan dipahami. Dengan berempati dan berkomunikasi, mereka akan nyaman untuk bercerita pada orang tua saat ada masalah. Cobalah untuk mencari tahu minat mereka, arahkan pada hal yang positif, baru coba menasehati.
3. Memaksakan Anak Harus sama dengan orang tuanya
Sebagai orang tua, Anda harus ingat bahwa anak bukanlah duplikat dari diri kita. Mereka adalah pribadi yang berbeda. Selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama dan keluarga, sebaiknya tidak perlu ambil pusing akan pilihan si anak. Memberi saran atau perspektif orang tua pada sang anak memang boleh, asal tetap menghormati pilihannya.
Alih-alih memusingkan hal kecil, sebaiknya kita waspada terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai agama, keluarga, dan norma hukum, agar anak terhindar dari pengaruh negatif, contohnya penyalahgunaan narkoba.
Selain itu, orang tua harus menjaga kesehatan mental buah hatinya, karena kesehatan mental generasi millenial sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
4. Memberikan Contoh Hanya dengan Kata-Kata, Bukan Perbuatan
Salah satu cara kita untuk belajar adalah dengan meniru. Sikap ini terbentuk sejak usia dini sampai dewasa.
Begitu pula dengan cara mendidik anak remaja. Jika ingin anak rajin beribadah, maka lakukan secara rutin dan biarkan mereka melihatnya. Akan lebih mudah mengajak mereka melakukan sesuatu, jika mereka melihat kita melakukannya terlebih dulu.
Beberapa tips diatas mungkin bisa Anda coba terapkan mulai dari sekarang. Namun jika Anda menemukan kesulitan dalam menghadapi anak hingga menggangu aktivitas harian Anda, jangan ragu untuk konsultasikan hal ini kepada psikolog profesional.
Referensi:
- id.wikipedia.org/wiki/remaja
- https://republika.co.id/berita/humaira/samara/13/12/26/mydugu-5-kesalahan-orang-tua-mendidik-anak-abg-2
- https://www.womansday.com/relationships/family-friends/g2936/things-teens-should-know-how-to-do/
Sri Resy Khrisnawati. Having 100 dreams and 1001% faith it will come true before her dying day.