Disabilitas – Menurut American Psychological Association, kata “disabilitas” adalah konsep luas yang digunakan untuk menggambarkan interaksi perbedaan fisik, psikologis, intelektual, dan sosioemosional dengan faktor pribadi dan lingkungan. Jadi, anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas bisa diartikan sebagai mereka yang memiliki kekurangan dari segi fisik, psikoloigis, dan sosioemosional, sehingga memerlukan usaha dan perhatian lebih dalam rangka menjalani kehidupan sehari-harinya. Bahkan, anak-anak yang mengalami gangguan belajar dan gangguan perilaku bisa juga digolongkan sebagai anak berkebutuhan khusus, karena mereka memiliki kondisi psikologis unik yang berbeda dari anak pada umumnya. Nah, dalam rangka memperingati Hari Penyandang Cacat Internasional, kita akan merenungkan sedikit tentang pentingnya pendampingan psikologi terhadap anak-anak berkebutuhan khusus serta tantangan di dalamnya.
Makna Pendampingan Psikologi bagi Penyandang Disabilitas
Tugas utama psikolog adalah mempelajari proses dan perilaku kognitif, emosional, dan sosial individu. Maka dari itu, psikolog sebagai praktisi kesehatan mental memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan psikologi secara menyeluruh, tidak memandang gender, tingkat pendidikan, status sosial, asal suku, budaya, maupun orientasi seksual. Artinya, individu dengan disabilitas dari berbagai usia berhak dimasukkan ke dalam kategori pantas mendapat layanan psikologi.
Pendampingan psikologi untuk penyandang disabilitas sangat penting untuk memunculkan harapan, optimisme, kekuatan karakter, perhatian, dan resiliensi untuk menghadapi tantangan hidup. Lebih jauh lagi, intervensi psikologi bisa membantu penyandang disabilitas mengembangkan diri di luar disabilitasnya dan membantu mereka menyelesaikan kesulitan yang dialami.
Kontribusi Psikologi untuk Penyandang Disabilitas
Menurut UNICEF, setidaknya 15% dari populasi penduduk dunia adalah teman-teman kita yang mengalami disabilitas. Oleh karena kondisi yang mereka derita cukup langka, anak-anak difabel pada umumnya harus berjuang dengan banyak stereotip, stigma, bullying, dan pelecehan.
Contohnya, dalam kasus learning disability beberapa anak harus ketinggalan kelas dalam sistem pendidikan modern. Untuk itu, psikolog bertugas melakukan intervensi psikologis yang efektif berdasarkan pada penilaian yang cermat. Intervensi psikologi ini tidak bisa dilakukan sendirian, mengingat anak dengan learning disability akan membutuhkan orang tua atau caregiver serta para guru untuk mendampinginya.
Hal yang serupa bisa dialami oleh anak-anak yang memiliki Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). Untuk itu, psikolog punya andil dalam memberikan pelatihan social skill, terapi perilaku, dan memberikan edukasi kepada orang tua mengenai parenting style yang tepat.
Tantangan yang Harus Diperhatikan
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sudah memiliki sistem pendidikan khusus dan inklusif bagi anak-anak disabilitas. Namun tetap saja, di tengah stigma masyarakat, kemiskinan, dan alasan proksimitas (jarak dari rumah ke sekolah), fasilitas ini masih belum terjangkau bagi mereka yang membutuhkannya. Sejujurnya, masih ada banyak PR buat pemerintah untuk menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Menghadapi anak-anak dengan disabilitas pastinya membutuhkan kompetensi yang tidak sembarangan. Namun rupanya, kita tidak boleh melupakan tantangan yang kerap menghantui pendampingan anak-anak berkebutuhan khusus, yakni kondisi psikologis orang tuanya. Kebanyakan orang tua yang mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus akan merasa stres dan terisolasi karena kondisi mereka. Bukan hanya masalah kurangnya support system, namun juga dikarenakan banyaknya permasalahan lain yang muncul seperti konflik keluarga, konflik dengan pasangan, dan lain-lain. Maka dari itu, psikolog juga disarankan memberikan empowerment kepada orang tua anak-anak yang mengalami disabilitas. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan self-esteem dan mengurangi stres, rasa bersalah, serta kecemasan yang dialami mereka dalam menjalankan perannya sebagai caregiver.
Kesimpulannya, memberikan pendampingan bagi anak berkebutuhan khusus serta orang tuanya adalah bagian dari tugas psikolog. Namun, kontribusi dari masyarakat juga penting dalam usaha psikolog memberikan solusi yang terbaik sesuai dengan permasalahan yang dialami. Yuk, kita bersama-sama bahu membahu dalam menciptakan dunia yang ramah bagi penyandang disabilitas!
Referensi:
Feizi, A., Najmi, B., Salesi, A., Chorami, M., & Hoveidafar, R. (2014). Parenting stress among mothers of children with different physical, mental, and psychological problems. Journal of research in medical sciences : the official journal of Isfahan University of Medical Sciences, 19(2), 145–152.
Wehmeyer M. L. (2021). The Future of Positive Psychology and Disability. Frontiers in psychology, 12, 790506. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.790506