Ciri meditasi berhasil – “Tarik nafas hembuskan….!” Meditasi menjadi kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan. Bukan hanya sehat secara mental tapi badan dan pikiran kamu menjadi lebih mindful. Tapi, sudahkah kalian tahu apa saja bukti meditasi bisa dikatakan berhasil? Kapan meditasi dikatakan berhasil? Simak artikel ini, ya!
Ciri Meditasi Berhasil Menurut Ahli
Merasa lebih ringan, rileks, dan terbebas dari belenggu pikiran
Yap, semua tahu manfaat dari meditasi yakni membantu pikiran menjadi lebih rileks. Efek relaksasi ini membuat pikiran menjadi lebih ringan. Ketika pikiranmu sedang dilanda stres, tenangkanlah dirimu sejenak, dan ambillah jeda untuk bermeditasi.
Mengapa relaksasi ini bisa terjadi? Hal ini dikarenakan selama meditasi, kamu diajak memusatkan perhatian dan memperhatikan setiap fragmen pikiran yang memenuhi benakmu. Riset juga mengkonfirmasi efektivitas meditasi terhadap kecemasan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 tahun 2020 lalu. Hasilnya, meditasi mindfulness bisa membantu mengurangi gejala-gejala kecemasan yang muncul selama pandemi berlangsung. Jadi, kalau kamu melakukan meditasi dengan rutin dan konsisten, perlahan kamu akan menemukan titik relaksasi dan keseimbangan pikiran.
Jika meditasi berhasil, kamu akan jadi lebih aktif dan produktif
Ternyata, meditasi punya manfaat lainnya yang berkaitan dengan kemampuan kognitif kita, lho! Meditasi singkat secara rutin telah terbukti dapat membantu kita meningkatkan atensi, memori, menyeimbangkan mood, serta memanajemen emosi. Kemampuan kognitif yang meningkat berarti konsentrasi dan fokus pun juga meningkat, sehingga produktivitas kita akan semakin baik. Dan tentunya, kita pun jadi lebih lancar mencapai goals dan tujuan hidup.
Lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan baru
Bagi kamu yang introvert, meditasi dapat menjadi rutinitas yang dapat membantu kamu dalam bersosialisasi dengan orang-orang sekitar. Bagaimana bisa demikian?
Sharma (2015) menyampaikan dalam artikel ilmiahnya bahwa menurut ilmu pengetahuan Veda, tujuan sebenarnya dari meditasi adalah untuk menghubungkan diri sendiri dengan Diri batiniah (inner self). Nah, kalau kita hubungkan dengan praktik mindfulness, selama bermeditasi, kita akan menyadari serangkaian sensasi dalam tubuh kita, bukan? Sebut saja rasa sakit, panas-dingin, dan lain-lain. Ketika kita sudah bisa menyadari sensasi yang kita rasakan, kita akan lebih mudah mengontrol reaksi kita terhadap stimulus yang muncul dari lingkungan baru. Siapa bilang jadi introvert itu sulit? Semua akan mudah, kok, asal kamu bisa meregulasi dirimu sendiri!
Nggak mudah terbawa arus negatif adalah tanda meditasi berhasil
Nah, buat kamu yang sudah beberapa kali melakukan meditasi saat ini, coba pikirkan lagi, deh! Waktu bermeditasi, kamu lebih banyak merasakan positive vibes atau negative vibes? Jawabannya jelas. Pikiran yang lebih kalem dan benak yang ringan, badan yang lebih segar… lebih ke positive vibes banget, nggak tuh?
Memiliki pikiran yang lebih positif juga akan membantumu menghadapi masalah kehidupan atau membuat keputusan-keputusan besar dalam hidup. Maka dari itu, bermeditasi rutin untuk mendapatkan afek positif, mendukung pertumbuhan diri, dan membantumu meregulasi emosi negatif.
Merasa lebih bahagia dalam menjalani setiap aktivitas
Saat melakukan kegiatan secara mindful, hati dan pikiranmu akan menjadi lebih sinkron. Maka dari itu, kebahagiaan yang kamu lihat dalam diri sendiri merupakan salah satu ciri meditasimu berhasil.
Bagaimanapun juga, sebagai manusia, otak kita memang didesain untuk overthinking. Kenapa? Ini semua karena peran korteks prefrontal lateral yang membantu kita menilai sesuatu secara objektif dan korteks prefrontal medial yang biasanya merujuk kepada pengalaman pribadi. Area korteks prefrontal medial ini bakal aktif banget waktu kamu lagi merenungi nasib.
Oiya, korteks prefrontal medial itu terdiri dari Ventromedial Medial Prefrontal Cortex (vmPFC) dan Dorsomedial Prefrontal Cortex (dmPFC). Gampangnya, vmPFC adalah area di otak yang biasanya melakukan penilaian terhadap situasi yang dirasa mirip dengan keadaan diri kita, sedangkan dmPFC adalah area otak yang bertanggungjawab terhadap empati dan relasi sosial.
Nah, ketergantungan berlebihan pada kinerja korteks prefrontal medial itu menjelaskan bagaimana kita sering terjebak dalam ruminasi alias overthinking, tapi itu adalah reaksi normal kita terhadap situasi yang mencemaskan, kok. Melalui meditasi rutin, kamu akan membuat kinerja korteks prefrontal lateral menjadi lebih “kalem” dan kamu akan menjadi semakin tenang. Inilah mengapa meditasi bisa membantu kamu dalam proses penerimaan, rasa syukur, dan menciptakan kebahagiaan. Semakin kamu menerima segala hal yang terjadi, kamu akan menjadi pribadi yang lebih humble dan percaya diri, lho!
Rasa percaya diri kamu semakin kuat, bukti meditasi yang kamu lakukan berhasil
Menyambung uraian sebelumnya. Kenapa, sih, kita harus percaya diri? Percaya diri merupakan kunci untuk melewati segala hal dalam hidup ini. Semakin kamu percaya dengan kemampuan diri sendiri, maka segala kesempatan baik akan datang kepadamu. Menjadi percaya diri itu berarti mengetahui bahwa kamu dapat menghadapi apa pun, bahkan hal-hal yang nggak bisa kamu prediksi. Selain itu, jika kamu percaya diri, kamu akan memiliki optimisme, yakni meyakini bahwa semua hal dapat berjalan dengan baik, dan setiap kejadian yang terjadi dalam hidup pasti ada pembelajarannya.
Membiasakan diri bermeditasi adalah cara kita membangun kebiasaan baik dalam hidup. Kebiasaan baik tentunya akan memicu penghargaan diri dan pandangan diri yang positif, sehingga kepercayaan diri kita pun akan meningkat.
Kamu menjadi pribadi yang mudah memaafkan
Siapa hayo yang punya kesulitan memaafkan orang lain? Menjadi stres karena menyimpan emosi negatif memang nggak baik buat well-being kamu. Maka dari itu, yuk belajar mengurangi emosi negatif itu dengan meditasi!
Ciri meditasi berhasil yang terakhir adalah kemampuanmu untuk lebih ikhlas dan mudah memaafkan. Seperti yang sudha dijelaskan sebelumnya, meditasi membantu kita untuk lebih menerima setiap kejadian yang berlaku, baik itu positif maupun negatif. Kita diajarkan untuk tidak menuntut dan fokus pada keadaan kita saat ini. Memaafkan itu didasari oleh kesadaran bahwa ada hal yang tak bisa kita ubah pada keadaan saat ini, sehingga kita pun melepaskan dendam dan frustrasi yang muncul. Ibaratnya, seperti mencabut pisau pada luka di hati kita, lalu mengobatinya sehingga kita tidak terus menerus kesakitan.
Mulai Latihan Meditasi, Yuk!
Nah, buat kamu yang ingin mencoba latihan meditasi, aplikasi Riliv punya rangkaian meditasi dalam level beginner yang bisa memfasilitasi kamu, lho! Rangkaian meditasi Riliv ini sudah di-approve oleh ahlinya, sehingga kamu akan langsung merasakan manfaatnya. Lalu, berapa lama, sih, sebaiknya kamu bermeditasi setiap harinya? Riset Basso (2018) mengatakan bahwa durasi 13 menit setiap harinya itu sudah cukup untuk membuat kita merasakan efek positif meditasi. Namun, jika kamu sudah lebih terbiasa, durasi meditasimu akan meningkat dengan sendirinya. Bisa jadi kamu akan membutuhkan waktu lebih lama, atau lebih nyaman dengan durasi meditasi yang lebih panjang, misalnya 30-45 menit.
Jadi, jangan takut apabila kamu masih belum menemukan tanda-tanda di atas, ya! Tetap semangat, ya, Guys!
Referensi:
- Basso, J. C., McHale, A., Ende, V., Oberlin, D. J., & Suzuki, W. A. (2019). Brief, daily meditation enhances attention, memory, mood, and emotional regulation in non-experienced meditators. Behavioural brain research, 356, 208–220. https://doi.org/10.1016/j.bbr.2018.08.023
- Behan C. (2020). The benefits of meditation and mindfulness practices during times of crisis such as COVID-19. Irish journal of psychological medicine, 37(4), 256–258. https://doi.org/10.1017/ipm.2020.38
- Garland, E. L., Hanley, A. W., Goldin, P. R., & Gross, J. J. (2017). Testing the mindfulness-to-meaning theory: Evidence for mindful positive emotion regulation from a reanalysis of longitudinal data. PloS one, 12(12), e0187727. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0187727
- Gawande, R., To, M. N., Pine, E., Griswold, T., Creedon, T. B., Brunel, A., Lozada, A., Loucks, E. B., & Schuman-Olivier, Z. (2019). Mindfulness Training Enhances Self-Regulation and Facilitates Health Behavior Change for Primary Care Patients: a Randomized Controlled Trial. Journal of general internal medicine, 34(2), 293–302. https://doi.org/10.1007/s11606-018-4739-5
- Lindsay, E. K., & Creswell, J. D. (2019). Mindfulness, acceptance, and emotion regulation: perspectives from Monitor and Acceptance Theory (MAT). Current opinion in psychology, 28, 120–125. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2018.12.004
- Sharma H. (2015). Meditation: Process and effects. Ayu, 36(3), 233–237. https://doi.org/10.4103/0974-8520.182756
- Xiao, Q., Yue, C., He, W., & Yu, J. Y. (2017). The Mindful Self: A Mindfulness-Enlightened Self-view. Frontiers in psychology, 8, 1752. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.01752
- Van Cappellen, P., Catalino, L. I., & Fredrickson, B. L. (2020). A new micro-intervention to increase the enjoyment and continued practice of meditation. Emotion, 20(8), 1332–1343. https://doi.org/10.1037/emo0000684