Sebuah kutipan bijak mengatakan bahwa proses menjadi orang tua sudah dimulai sejak sel telur dibuahi oleh sel sperma. Selain menjaga kesehatan, berbagai stimulasi untuk anak juga dilakukan, seperti mengajak anak berbicara, mengelus-elus perut, dan bagi sebagian orang, termasuk memperdengarkan musik klasik. Cara ini dipercaya dapat membangun kedekatan bayi dan orang tua, Dear.
Nah sebaiknya, membangun kedekatan nggak berhenti ketika anak dalam kandungan saja. Ketika anak lahir, Anda juga harus membangun kelekatan yang baik antara anak dan orang tua.
Kelekatan yang baik? Bagaimana membangun kelekatan yang baik? Yuk kita kenali dulu berbagai tipe kelekatan.
Apa sih kelekatan itu? Apa gunanya?
Singkatnya, kelekatan merujuk pada ikatan dan kedekatan emosional yang terjalin di antara 2 orang, yang dalam hal ini adalah anak dan orang tua. Pola kelekatan ini dibangun dalam 2-3 tahun pertama anak. Pola kelekatan juga dimiliki orang dewasa, lho.
Kelekatan anak dan orang tua penting karena akan mempengaruhi bagaimana persepsi anak terhadap hubungannya dengan orang tua, bagaimana anak bertindak dalam keluarga, bagaimana anak menjalin hubungan dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya, dan bagaimana anak melihat dunia secara keseluruhan.
3 macam pola kelekatan pada anak dan orang tua
- Secure Attachment
Tipe kelekatan ini adalah yang paling bagus. Anak akan mengembangkan rasa nyaman saat berada dekat dengan orang tuanya dan mengalami stres ketika harus berpisah. Kondisi stres di sini tidak berarti negatif, Dear.Stres dialami karena rasa nyaman yang sudah terbentuk hilang dan tidak pasti ketika orang tuanya sedang tidak bersama anak. Hal ini ditunjukkan dengan menangis atau mencari-cari. Tapi, jangan khawatir, Dear. Jika orang tuanya sudah kembali, anak dapat merasa puas dan nyaman kembali.
- Anxious Attachment
Sesuai dengan katanya, anxious, yang berarti cemas, menandakan bahwa anak mudah curiga dan tidak percaya dengan perilaku orang tuanya. Ketika dipisah oleh orang tuanya, anak bisa sangat stres. Sayangnya, ketika orang tuanya kembali, anak dapat menjadi sangat ‘lengket’ pada orang tuanya, namun tidak menunjukkan afeksi. Seperti tidak ada kontak mata dan hanya diam saja, atau sering berbicara dengan menunduk. Jadi, mereka tidak mendapatkan rasa nyaman ketika bersama orang tuanya.
- Avoidant Attachment
Pernahkah kamu melihat anak yang jarang sekali ingin ditemani orang tuanya, atau berusaha menjauh ketika orang tuanya datang? Perilaku tersebut bisa jadi indikasi bahwa anak tersebut memiliki Avoidant Attachment. Pola kelekatan ini membuat anak mencari rasa nyaman bukan dari orang tuanya. Ketika orang tuanya pergi, anak tidak terganggu sehingga tidak menunjukkan respon stres, seperti menangis atau rewel. Saat orang tuanya kembali, ia malah akan memusatkan perhatian ke hal lain. Ia juga cenderung ingin melakukan tugas atau kegiatannya sendiri tanpa bantuan orang tua.
Tiga macam pola kelekatan ini dibentuk dari perilaku orang tua kepada anaknya, Dear. Dalam masa pertumbuhan, anak akan melihat dan beradaptasi dengan pola-pola perilaku orang tua kepadanya, dan secara naluriah memberikan respon yang variatif tergantung perilaku orang tuanya. Lain kali, Riliv akan membahas tentang perilaku apa sih yang membuat anak punya secure attachment dan yang tidak. Stay tune ya!
P.s: Konsultasi ke psikolog anak untuk mengetahui kelekatan juga bisa jadi pilihan yang bijak, Mom!
Disadur dari:
- https://www.psychalive.org/what-is-your-attachment-style/
- https://www.verywellmind.com/attachment-styles-2795344
Ditulis oleh Elvira Linda Sihotang.