Motivasi dalam Insecure – Sebenarnya wajar nggak sih, kamu merasa insecure saat melihat postingan orang lain di sosial media? Jawabannya wajar, kok! Karena ternyata, perasaan insecure bisa kamu butuhkan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan motivasi, loh. Gimana caranya? Yuk, baca lengkap di sini.
Pengaruh Sosial Media Terhadap Perasaan Insecure
Masih ingat dengan perbandingan hasil penelitian dari hubungan antara penggunaan sosial media dan pengaruhnya terhadap perasaan kita yang muncul sebagai akibatnya?
Disimpulkan dari kedua penelitian yang berbeda yakni penelitian Lenhard dan Madden (2006) dengan target penelitian remaja Amerika dan penelitian Arum Sonia Azzahra Nur Annisa, Istar Yuliadi, dan Dian Nugroho dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (2020) dengan target penelitian remaja Indonesia, terdapat hasil yang menarik dimana sosial media memiliki dampak yang positif juga negatif, bergantung dari faktor psikologi sosial masing-masing.
Sayangnya, di Indonesia lebih banyak ditemukan remaja dan masyarakat umum yang justru merasa insecure karena penggunaan sosial media. Karena itu, Riliv bersama Siberkreasi-Kominfo mengadakan talkshow online pada hari Sabtu (5/08) lalu, dengan mengangkat topik Mengatasi Insecure dan FOMO Akibat Medsos dengan mengundang Sania Leonardo. Acara ini membahas tentang pengaruh sosial media terhadap perasaan insecure penggunanya melalui diskusi secara langsung bersama psikolog Riliv.
Dalam penjelasannya, Prita Yulia Maharani, M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa alasan terbesar kenapa perasaan insecure itu muncul karena sejak dini kita memang nggak dibiasakan untuk sayang kepada diri sendiri dan bersyukur atas anugrah yang kita miliki.
Kita tumbuh dengan budaya kompetisi, dampak dari latar belakang ekonomi juga sosial kita sebagai negara berkembang yang mengharuskan kita untuk terus belajar atau bekerja keras demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dan kehadiran sosial media yang kita anggap sebagai hiburan ditengah padatnya aktivitas, nyatanya justru membuat kita semakin dekat dengan perasaan kompetitif tersebut.
Karena itu nggak heran jika penggunaan sosial media di Indonesia bisa menjadi berdampak negatif hingga menimbulkan perasaan insecure bahkan mengarah pada depresi juga sindrom FOMO bagi penggunanya.
Hal ini juga dibenarkan oleh Sania Leonardo sebagai content creator yang mengharuskan dirinya untuk terus aktif bermain sosial media demi memenuhi tuntutan pekerjaannya. Sania mengingatkan para pengguna sosial media bahwa apa yang sebenarnya ditampilkan nggak selamanya benar, dan mengajak para peserta untuk bisa lebih bijak lagi dalam menggunakannya. Terlebih banyak kasus yang ternyata juga bisa muncul dari perasaan insecure ini dimana orang-orang dengan kemampuan regulasi emosi yang rendah akan melontarkan komentar jahat atau mungkin tindakan tidak menyenangkan lainnya di sosial media sebagai salah satu upaya menutupi perasaannya.
Karena itu Riliv bekerjasama dengan Siberkreasi – Kominfo berupaya untuk membantu para pengguna sosial media di Indonesia untuk bisa menyadari proses munculnya perasaan insecure dan FOMO akibat membandingkan diri di sosial media melalui pemberdayaan kesehatan mental. Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi wadah untuk melatih kesadaran penuh atas persepsi diri dengan merefleksikan hal-hal positif pada penggunaan sosial media dan berdampak pada peningkatan literasi digital secara menyeluruh.
Memberdayakan Diri, Menemukan Motivasi dalam Insecure
Dikatan oleh Prita Yulia Maharani, M.Psi., Psikolog, perasaan insecure itu wajar karena kita membutuhkannya sebagai motivasi. Ketika kita nggak punya motivasi, maka ujung-ujungnya kita akan jadi self blaming. Contohnya saat kita melihat teman lain sudah sukses, kita akan cenderung menyalahkan diri sendiri seperti “kenapa ya, aku kemarin kok nggak kerja lebih giat?” , “kenapa sih, kemarin resign?! Tau gitu bertahan aja mungkin aku sekarang udah naik jabatan kayak dia!”, “Kayaknya aku deh yang nggak sepinter dia makanya karir ku stuck d sini-sini aja” dan sebagainya.
Nah, supaya kita nggak jadi insecure dan justru menemukan motivasi saat melihat postingan orang lain di sosial media, kita perlu mengunci rapat pertahanan diri kita sendiri dengan self love dan self reward.
Menurut Prita Yulia Maharani, M.Psi., Psikolog, untuk bisa menghindari perasaan insecure kita perlu membiasakan diri untuk menerapkan self-love dengan menjalankan self awareness, self worth, self esteem, juga self care setiap harinya.
- Self awareness berkaitan dengan mencoba memahami dan mengenal hal-hal yang kita rasakan sebagai dampak dari kejadian yang kita alami. Sebagai contoh, jika kamu merasakan perasaan insecure saat bermain sosial media, kamu bisa mencoba mengulik konten seperti apa yang membuatmu merasa insecure. Dengan menyadari hal tersebut, kedepannya kamu akan bisa belajar untuk menghindari atau bahkan mengontrol emosi yang dirasakan sebagai akibatnya.
- Self worth, berbicara mengenai kemampuan menghargai diri sendiri dan mengakui bahwa kamu sudah sangat berharga dari semua hal yang diluar kontrol kamu. Dengan melatih menghargai diri sendiri setiap hari, kamu bisa menumbuhkan perasaan self-love selangkah lebih baik.
- Self esteem, yaitu istilah yang merujuk untuk mendeskripsikan nilai personal seorang individu, terhadap dirinya sendiri. Sebagai contoh, kamu bisa mempersepsikan diri sendiri sebagai orang yang sukses dengan standar dan kondisi yang kamu tetapkan sendiri. Dengan begitu kamu tidak akan punya perasaan insecure terhadap orang lain karena jauh di dalam pikiranmu, kamu sudah menyadari bahwa kamu sudah sukses dan berhasil dalam jalan dan timelinemu sendiri.
- Self-care merujuk pada istilah kemampuan merawat diri, menyayangi diri, dan menjaga diri dengan melakukan hal-hal yang kamu senangi. Seperti menjaga kesehatan rambut dengan pergi ke salon, atau menjaga kesehatan mental dengan journaling dan sebagainya. Hal ini bisa membantu kamu untuk menumbuhkan perasaan kagum dan berharga atas diri sendiri yang menjadi landasan kuat untuk self love.
Dan cara terakhir untuk menemukan motivasi dalam perasaan insecure adalah, dengan memberikan reward kepada diri sendiri.
Kalau kamu pernah merasa iri dan insecure saat melihat postingan orang lain yang sedang berbelanja atau jalan-jalan ke luar kota, maka kamu bisa mulai mengingat-ingat lagi kapan terakhir kamu melakukan hal itu sebagai bentuk terima kasih pada diri sendiri.
Apakah baru kemarin? atau mungkin sudah setahun lebih? Sebenarnya, perlu ada waktu khusus dimana kamu bisa mentraktir dirimu yang sudah bekerja keras dengan memberikan periode dan batasan yang jelas agar tidak jatuh pada addiction. Kamu bisa tentukan batasan uang ataupun kegiatan besar apa yang habis kamu lakukan untuk memperbolehkan dirimu mendapatkan reward. Tentu aja frekuensi seberapa sering reward ini bisa di ‘klaim’ juga menjadi kunci penting yang harus kamu jaga.
Dengan begitu, perasaan insecure akan berkurang perlahan-lahan karena kamu sudah mendapatkan gambaran dan mengerti perasaan excited dari aktivitas yang selama ini mungkin hanya kamu lihat melalui sosial media. Tentu aja hal ini juga bisa membantu kamu menemukan motivasi dalam insecure, juga, loh!
Tapi jika perasaan insecure itu terus muncul hingga mengganggu aktivitas harian, maka jangan ragu untuk menghubungi psikolog profesional agar mendapatkan arahan yang tepat dalam menyelesaikan permasalahanmu.
Karena seperti yang Sania Leonardo katakan dalam talkshow, sudah selayaknya kita menjaga kesehatan mental. Karena kesehatan mental itu selaras dengan fisik dan kita harus bersyukur dengan banyaknya teknologi dan jurnal yang ada saat ini, kita jadi sangat dimudahkan dan terfasilitasi untuk terus berjuang mematahkan stigma negatif terkait dengan mental illness.
Referensi:
- Pancarani, Irischa Aulia. (2021). Pengaruh Media Sosial Terhadap Rasa Insecure dan Kepercayaan Diri pada Remaja. https://kumparan.com/irischauna/pengaruh-media-sosial-terhadap-rasa-insecure-dan-kepercayaan-diri-pada-remaja-1uzNPZUbjdN
- 7 Hal yang Menunjukkan Tingginya Self-Esteem. https://www.halodoc.com/artikel/7-hal-yang-menunjukkan-tingginya-self-esteem