Stres di tempat kerja – Satu dari dua karyawan mengaku stres setiap harinya berdasarkan survey Mercer Marsh Benefit (MMB) pada tahun 2021, yang juga melibatkan 1.000 karyawan di Indonesia. Jika dibiarkan terus meningkat, dalam jangka panjang hal ini mampu memengaruhi kinerja dan kehidupan mereka secara personal dan berdampak bagi perusahaan. Karena itu, Peruri bersama Riliv for Company bekerjasama untuk menyediakan dukungan kesehatan mental bagi para karyawan sebagai upaya pencegahan dan mengurangi tingkat stres sehari-hari.
Fenomena Stres di Tempat Kerja
Stres pada dasarnya merupakan reaksi alami yang dialami seseorang baik secara emosional ataupun fisik sebagai bentuk penyesuaian dari perubahan lingkungan yang dialami. Menurut Mc Grants (1977), stres muncul sebagai akibat ketika seseorang menghadapi ketidakpastian tentang kemampuannya dalam mengatasi tantangan terhadap nilai yang penting.
Selanjutnya Mc Gratns (1977), menekankan ada 3 komponen yang perlu dipahami dari fenomena stres di tempat kerja.
- Kesan tantangan (perceived challenge) yang menjelaskan bahwa stres timbul karena adanya interaksi antara seseorang dengan persepsi mereka terhadap lingkuungannya (yang belum tentu realita).
- Nilai yang penting (important value) bagi masing-masing karyawan, juga perusahaan, seringkali berbeda dan tidak tersampaikan dengan baik sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
- Ketidakpastian penyelesaian (uncertainty resolution) bisa membuat seseorang menginterpretasikan situasinya dengan ekstrim melalui berbagai macam tingkat kemungkinan seberapa suksesnya karyawan menghadapi tantangan dan efek samping yang akan diterimanya kedepan.
Dengan kata lain, seringkali dalam dunia kerja kita dihadapkan pada perbedaan-perbedaan mendasar sebagai individu, yang berbenturan dengan nilai-nilai sesama rekan kerja atau bahkan perusahaan. Adakalanya apa yang menjadi prioritas dan sesuatu yang kita pandang bernilai, belum tentu dipandang bernilai oleh perusahaan dan sebaliknya. Hal ini lah yang bisa memunculkan ketidakstabilan dan perasaan terancam pada diri karyawan sehingga berujung stres bahkan burn out.
Di Indonesia sendiri, fenomena stres di tempat kerja masih tergolong rendah dibanding karyawan di Asia dan global menurut penelitian yang dilakukan oleh MMB pada tahun 2021. Namun yang menjadi masalah adalah, tingkat kecemasan karyawan menurut survey Gallup (2022) di Asia Tenggara, Indonesia memasuki peringkat kedua dengan prosentase 46% karyawan Indonesia merasa cemas saat berada di tempat kerja.

Perasaan cemas berlebih ini apabila berlangsung dalam waktu lama dan tidak bisa dikelola dengan baik, maka akan berpotensi menjadi pemicu dari stres. Tentu tidak ada perusahaan yang ingin hal tersebut terjadi bukan?.
Karena itu penting bagi perusahaan untuk bisa melakukan pencegahan atas perasaan-perasaan cemas karyawan ini sebelum terlambat.
Faktor Lingkungan Kerja Jadi Alasan Utama
Pada dasarnya, faktor pemicu stres yang bisa diantisipasi pada tempat kerja bisa dilihat dari sehat atau tidaknya lingkungan kerja fisik dan non fisik. Menurut Sedarmayanti (2001), lingkungan kerja fisik merupakan semua hal yang berbentuk fisik yang ada di tempat kerja dan bisa mempengaruhi karyawan. Sedangkan lingkungan kerja non fisik adalah, semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja para pegawai.
Lebih lanjut, faktor linkungan kerja fisik yang dimaksud ini bisa berupa bagaimana interior dan kondisi real kantor yang mempengaruhi suasana bekerja, alat-alat kantor yang digunakan, bahkan suhu udara dan ruang gerak yang diperlukan. Sedangkan untuk faktor lingkungan kerja non fisik contohnya cenderung kompleks seperti hubungan kerja atasan-bawahan-dan sesama rekan kerja.
Kedua faktor ini menurut Handoko (2001) diklasifikasikan sebagai kategori on-the-job yang bisa memicu stres karyawan. Tentu saja faktor-faktor personal diluar kerja juga memiliki peran andil dalam mempengaruhi tingkat stres di tempat kerja. Namun seringkali hal ini susah diantisipasi karena diluar jangkauan perusahaan.
Manajemen Stres di Peruri

Manajemen stres pada karyawan, saat ini menjadi poin penting bagi setiap perusahaan ditengah ketatnya persaingan. Hal ini berkaitan dengan hubungan linear antara stres yang karyawan alami dengan produktivitas pekerjaan hingga berdampak pada tercapainya visi misi perusahaan. Dalam hal ini, Peruri berkomitmen untuk memberikan dukungan kesehatan mental penuh bagi para karyawan sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawababnya dalam menyediakan lingkungan kerja yang sehat.
Rabu (24/05) lalu, Peruri mengadakan seminar bersama dengan Riliv for Company di Gedung SDM Peruri Karawang untuk membantu para karyawan belajar mengenali dan mengelola hal-hal yang menjadi pemicu stres di tempat kerja. Menghadirkan psikolog Riliv langsung untuk memandu kegiatan asesmen kesehatan mental karyawan, acara ini diharapkan mampu menjadi wadah bagi para karyawan untuk bisa berdiskusi secara langsung dengan psikolog terpercaya dan mendapatkan cara efektif dalam pengelolaan stres untuk diterapkan sehari-hari.
Bersama Riliv for Company, tidak hanya Peruri, namun berbagai macam perusahaan lainnya juga bisa turut berpartisipasi dalam pencegahan stres di tempat kerja dengan memanfaatkan layanan EAP (Employee Assistant Program) demi tercapainya visi dan misi dalam jangka panjang.
Beberapa keuntungan yang akan didapatkan dengan mengikuti program EAP bersama Riliv for Company:
- Konseling mudah dengan psikolog profesional, langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu.
- 300+ meditasi beserta panduan mudah yang bisa digunakan sesuai dengan kondisi mental, hanya 10 menit saja untuk mendapat ketenangan.
- Mood tracker yang bisa diakses oleh HR atau tim yang bertanggung jawab atas karyawan, sehingga bisa dengan mudah memahami bagaimana kemajuan kesehatan mental karyawan setelah konseling atau meditasi secara rutin.
- Cerita dan musik pengantar tidur yang bisa memastikan karyawan beristirahat dengan cukup dan berkualitas.
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna.
- Rahasia terjamin! Siapapun bisa menggunakan Riliv for Company tanpa harus ketahuan sedang konseling.
- Harga terjangkau dan mendapatkan semua paket yang dibutuhkan perusahaan.
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Referensi:
- Dwi Hastjarta KB. (2004). Stres di Tempat Kerja: Perbandingan Antara Gender dengan Pekerjaannya. https://media.neliti.com/media/publications/23342-ID-stres-di-tempat-kerja-perbandingan-antara-gender-dengan-pekerjaannya.pdf
- Henry Aditya Darmaputra. (2017). Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada BPJS Kesehatan KC Malang). https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/4208/3722