Emosi Negatif –Â Pernah nggak sih, kamu ngerasain perasaan nggak menyenangkan waktu bermain sosial media? Mungkin kamu pernah melihat postingan sedih jadi ikutan sedih, postingan kebencian jadi ikut marah bahkan sampai meninggalkan komentar kebencian? Kok bisa ya, kita seperti itu? Ternyata, hal ini dikarenakan adanya penularan emosi negatif yang bisa kamu dapatkan melalui sosial media, loh! Gimana caranya? Yuk, baca sampai habis!
Penularan Emosi Negatif di Sosial Media
Setiap orang pasti pernah mengalami hal buruk dalam hidupnya. Termasuk kamu bukan? Dan tanpa sadar untuk melepaskan beban itu kamu jadi curhat panjang lebar di sosial media hingga terbaca oleh teman-teman. Apa salah? Enggak, kok. Sama sekali nggak salah. Karena setiap orang punya caranya masing-masing untuk melepaskan beban, terlebih itu adalah sosial mediamu dan kamu tidak menyinggung pihak manapun.
Tapi yang menjadi masalah adalah, ketika postingan itu meluas hingga menyebabkan kebencian atau perasaan tidak menyenangkan pada orang lain. Ujung-ujungnya mereka yang membaca akan tidak nyaman dan mungkin memilih untuk memblokirmu. Apakah pilihan mereka salah? Enggak juga. Karena itu tandanya mereka punya boundaries cukup baik yang mereka atur demi tetap mendapatkan kenyamanan dalam bersosial media.
Trus poinnya apa dong?
Dari gambaran diatas, kamu bisa memahami bahwa sebenarnya apapun yang kita share di sosial media itu bisa mempengaruhi emosi seseorang seperti perasaan tidak nyaman atau mungkin sebaliknya.
Karena itu Riliv bersama Siberkreasi – Kominfo, mengadakan talkshow online pada hari Sabtu (12/08) lalu, dengan topik Antisipasi Penyebaran Emosi Negatif di Sosial Media. Acara ini mengundang psikolog Riliv yaitu Ni Made Putri A, M.Psi., Psikolog, serta Ananza Prili sebagai speaker. Dihadiri lebih dari 200 peserta secara online, Riliv dan Siberkreasi – Kominfo, berharap mampu mengajak para peserta untuk menciptakan lingkungan online yang lebih sehat melalui strategi kesadaran diri serta pendekatan psikologi, dengan menerapkan mindfulness dalam kehidupan sosial media sehari-hari, agar para pengguna bisa belajar untuk memberikan batasan dan mengelola pengalaman online jadi lebih baik agar tidak mudah terpengaruh emosi negatif.
Karena pada kenyataannya, penularan emosi negatif seringkali tidak disadari dalam bermedia sosial sehingga bisa memberikan efek buruk pada kesehatan mental kita. Dan belum banyak yang menyadari juga bahwa emosi sebenarnya bisa ditularkan.
Otak Cenderung Mengingat Emosi Negatif
Seperti kesedihan dan rasa takut, ternyata pengalaman kurang menyenangkan kita bisa memicu peningkatan aktivitas otak yang berhubungan dengan memori. Itu kenapa kalau kamu pernah mendengar ungkapan seribu kebaikan akan kalah dengan satu keburukan, bisa menjadi benar adanya.Â
Alasannya, otak kita cenderung mengingat keburukan ataupun memori negatif dalam hidup secara detail bahkan lebih cepat dari memori yang sifatnya netral atau bahagia. Peneliti Kensinger dari Boston College mengatakan, otak kita memiliki jaringan khusus. Jaringan tersebut akan terhubung apabila kita mencoba mengingat sesuatu. Bisa saja kita menjadi teringat sesuatu yang sangat emosional hanya karena sedang mengingat detail suatu benda atau tempat. Saat kita mengingat detail suatu benda atau tempat tersebut tanpa sadar otak kita juga sedang memanggil kembali ingatan yang berkaitan dengan benda atau tempat itu.
Pengalaman dan aktivitas otak ini lah yang tanpa sadar terus kita bawa dalam kegiatan bersosial media. Sering kali kita lupa bahwa sosial media memang mampu memberikan efek pada kehidupan kita seperti penularan emosi negatif. Namun faktanya, kitalah yang mengijinkan emosi negatif itu menular ke kita melalui pengalaman dan memori yang tersimpan dalam otak.
Sosial media, hanyalah sebuah alat yang seharusnya kita pergunakan untuk membuat hidup lebih efisien. Seperti mendekatkan yang jauh, dan berbagi kabar satu sama lain. Namun karena adanya pengalaman dan kondisi mental kita yang belum stabil, alat ini berubah menjadi boomerang buat diri kita sendiri.
Antisipasi Penularan Emosi Negatif di Sosial Media
Karena itu, dalam talkshow lalu, Ananza Prili menjelaskan bahwa penting bagi kita untuk bisa memberikan batasan penggunaan sosial media sekalipun kita bekerja dan diharuskan terlibat aktif di dalamnya. Setidaknya memberikan waktu untuk istirahat sehari penuh ataupun beberapa menit, sudah cukup untuk membantu kita terhindar dari penularan emosi-emosi negatif atau bahkan positif yang justru bisa menguras tenaga.
Ni Made Putri A, M.Psi., Psikolog, juga menambahkan kunci lainnya adalah dengan menyadari kondisi kita saat itu. Sebelum bermain sosial media, apakah kita masih punya cukup tenaga untuk menyerap informasi yang melimpah? Apakah kita sedang baik-baik saja untuk bisa turut berbahagia melihat postingan teman yang hidupnya tampak menyenangkan?Â
Menurutnya, hal mendasar yang menyebabkan kita dengan mudah merasa lelah ataupun tertular emosi negatif di sosial media adalah, karena kita kurang memahami kondisi diri sendiri. Kita belum memiliki kesadaran penuh (mindful) untuk mencari tahu sebenarnya apa yang menjadi pemantik kita merasa tidak nyaman saat bermain sosial media. Kita bisa mulai mencari tahu dengan mencatat semua yang kita rasakan dalam bentuk journaling sebelum dan sesudah bermain sosial media dan menyediakan beberapa pertanyaan seperti “jika aku melihat konten ini.. apakah yang akan aku rasakan” lalu jika “…ternyata aku merasakan perasaan ini…apakah sebelumnya aku pernah mengalami hal yang sama atau karna aku baru saja…”
Dengan journaling sederhana tersebut, kita jadi mampu membangun kesadaran diri atas penggunaan sosial media yang bertanggung jawab dan lebih sehat mental. Bahkan lebih jauh, nantinya kita juga mampu mengembangkan keterampilan empati dalam berinteraksi di sosial media dengan tidak mudah terpengaruh luapan emosi yg ada didalamnya.
Ananza juga menambahkan, satu tips yang selalu dirinya lakukan untuk terhindar dari emosi-emosi negatif ataupun positif yang bisa menguras tenaganya adalah, dengan tidak bermain sosial media sesaat setelah bangun dan sebelum tidur. Dengan begitu, dirinya memberikan kesempatan kepada otak untuk hadir dan berfokus pada momen saat ini saja. Efeknya bisa sangat baik bagi aktivitas harian dimana pekerjaan bisa lebih cepat selesai, sehingga saat bermain sosial media kondisi pikiran sudah tenang dan dirinya jadi bisa lebih tenang beristirahat menggunakan sosial media.
Kamu bisa juga coba terapkan hal ini ya!
Tapi jika emosi negatif masih terus kamu terima dan tidak bisa dikelola hingga menggangu aktivitas harian, nggak ada salahnya kok, untuk cari pertolongan dengan konsultasi ke psikolog.
Kendalikan Emosi Negatif dengan Psikolog
Referensi
- https://www.webmd.com/brain/news/20070829/bad-memories-easier-to-remember
- https://www.livescience.com/1827-bad-memories-stick-good.html
- https://www.nytimes.com/2012/03/24/your-money/why-people-remember-negative-events-more-than-positive-ones.html
Written and modified by Shabrina Ayuningtyas.
Discussion about this post