Bullying di Kantor – Mendengar kata bullying, seringkali diafiliasikan dengan kejadian tidak mengenakkan pada masa lalu dan pengalaman tak mengenakkan pada masa kanak-kanak atau remaja. Pemalakan, penghinaan fisik, pengucilan, namun jarang ada orang yang menyadari makna bullying yang sebenarnya, hingga tidak menyadari kejadian bullying di kantor.
Kurangnya kesadaran akan gangguan-gangguan dan opresi dari atasan atau kolega yang melakukan bullying dapat memicu kesehatan mental yang memburuk dan menghambat performa kerja Anda.
Maka, sebelum terlambat, Riliv akan menyajikan kepada Anda, ciri-ciri dari bullying di kantor yang harus Anda waspadai, dan cara terbaik untuk menghadapinya!
Pertama, Anda harus tahu definisi dan batasan dari bullying
Menurut APA (American Psychology Association), tindakan bullying adalah bentuk agresi yang dilakukan berkali-kali secara sengaja, dan menyebabkan rasa tidak nyaman serta rasa sakit (secara fisik maupun mental) kepada korbannya. Bullying dapat dilakukan melalui perkataan, perbuatan, dan kontak fisik.
Bullying sendiri merupakan kegiatan berpola yang dilakukan dengan berbagai cara, dengan maksud untuk mengintimidasi, menyerang, merendahkan, atau mempermalukan seseorang atau kelompok dalam suatu lingkup, dalam hal ini, lingkungan kerja.
Bila Anda sudah mengetahui bullying secara definitif, maka Anda bisa mulai mengidentifikasi perilaku bullying. Anda bisa melakukan elaborasi kejadian, dan bertanya:
- Apakah perilaku menyinggung ini dilakukan oleh lawan bicara saya secara sengaja untuk menyakiti saya?
- Apakah hal yang saya alami ini terjadi berulang-ulang?
- Apakah ada pola yang bisa saya temukan dari perilaku dia?
Bullying bukan hanya perkara yang terjadi kepada anak-anak maupun remaja. Seringkali, kita berpikir naif, bahwa orang-orang dalam lingkungan kerja sudah semestinya bertingkah dewasa dan bersaing secara sehat.
Namun, pemikiran tersebut tidak bisa kita jadikan batasan untuk menjadi ignorant dalam menghadapi agresi yang dilakukan di lingkungan kerja, terutama oleh orang dan kelompok dengan posisi yang lebih tinggi dibanding kita (abuse of power).
Hal kedua yang membuat bullying tidak nampak sebagai masalah dalam lingkungan pekerjaan adalah kesulitan beberapa orang untuk melihat garis batas antara strong management dan bullying.
Beberapa studi telah menemukan fakta bahwa tidak banyak karyawan yang bisa menarik batas antara dua hal tersebut.
Strong management adalah bentuk manajemen karyawan yang tegas dan digolongkan sebagai bentuk manajemen karyawan dengan etos kerja yang keras dan disiplin. Dapat terlihat dari atasan yang memiliki jalur dan target kerja yang tegas dan sulit digoyahkan, jam kerja dan deadline yang ketat, serta kendali penuh pada keputusan dan perintah atasan.
Strong management juga menuntut pimpinan yang baik dan jelas dalam memberikan contoh, sehingga karyawan hanya bekerja sesuai dengan arahan serta contoh yang atasan mereka berikan.
Dalam hal ini pun, dibutuhkan penanaman wibawa yang berakar kuat dalam lingkungan kerja, sehingga karyawan dapat ‘manut’ dan percaya sepenuhnya akan visi dan misi yang ditanamkan oleh sang atasan.
Konsep strong management seringkali dijadikan selubung atau tameng dari praktek bullying di dunia kerja. Seringkali, tekanan dan olok-olok yang karyawan dapatkan ketika memberikan pendapat dibelokkan sebagai strong management.
Strong management juga sering menjadi alat untuk menutupi agresi dari atasan yang menghambat pertumbuhan karyawannya, dengan mengecilkan semangat karyawannya, menghina skill yang ia miliki, tidak menghargai kerja kerasnya, dan menyabotase keinginan karyawan untuk resign/pindah melalui ancaman dalam berbagai bentuk.
Pada masa pandemi, pelaksanaan strong management marak terjadi di Inggris. Hal ini terjadi karena para pebisnis merasa perlu memanaskan mesin dari bisnis mereka di tengah perekonomian pandemi yang mengkhawatirkan.
Sedikit saja gamang dan salah keputusan, maka bisnis akan terancam bahaya. Tekanan itulah yang tiba-tiba membuat strong management menjadi sangat menggiurkan bagi banyak pebisnis di Inggris.
Namun, maraknya tren strong management inilah yang semakin membuat pelaku bullying di kantor melalangbuana dan mengaburkan tindakan mereka atas nama strong management.
Tentu, dalam keadaan pandemi yang menyerang perekonomian di seluruh dunia, ada baiknya kita sebagai karyawan pun tidak lengah dan semakin ‘awas’ akan tanda-tanda bullying yang diselubungkan dengan etos kerja yang ‘keras’ dan mengatasnamakan peningkatan performa bisnis.
Lakukan ini bila menemukan praktek bullying di kantor
Photo by Andrik Langfield on Unsplash
Hal pertama yang bisa Anda lakukan adalah tetap mindful atas konflik yang terjadi di lingkungan kantor.
Bila sebagian besar jawaban dari tiga pertanyaan elaborasi di atas adalah “tidak”, maka bisa jadi, yang terjadi di lingkungan kerja Anda hanyalah konflik biasa, perbedaan pendapat, dan perdebatan yang dapat diselesaikan secara dewasa.
Hal kedua yang bisa menjadi penguatan atas identifikasi bullying di kantor adalah abuse of power. Aktor ‘antagonis’ dalam praktek bullying seringkali datang dari orang-orang yang merasa berada pada posisi aman, superior, atau berada dalam sebuah grup yang mendukung perbuatannya.
Bila terjadi intimidasi yang bertujuan untuk memenangkan kepentingan pribadi dari orang-orang di sekitar Anda, maka Anda harus mulai bertindak. Tanda-tanda berikut juga bisa semakin memperkuat identifikasi Anda terhadap perilaku bullying di kantor:
- Anda mulai diancam/dikirimkan ancaman
- Mulai terjadi kekerasan fisik dan verbal
- Anda merasa dipermalukan dan diolok di depan banyak orang
- Saran Anda dan rekan kerja tidak didengarkan, diabaikan, bahkan ditolak mentah-mentah
Tanda-tanda dengan intensitas rendah yang seringkali tidak terlihat juga bisa terjadi di lingkungan kerja. Salah satu contohnya adalah:
- Membatasi peluang Anda untuk mendapatkan promosi jabatan
- Terlalu banyak mengkritik dan menjatuhkan hasil kerja Anda
- Tidak lagi menyebut Anda dengan nama, namun malah menyebut jabatan Anda sebagai kata ganti
- Sering menyindir dan menyerang melalui media sosial
Tanpa disadari oleh banyak orang, ada banyak kerugian yang bisa ditimbulkan dari agresi yang dilakukan oleh pelaku bullying.
Tidak hanya kepada korban, namun juga dapat berpengaruh sangat besar dalam ritme kerja secara keseluruhan, performa tim, serta kualitas pekerjaan yang dihasilkan. Secara individual, dampak dari bullying yang dapat Anda rasakan adalah:
- Rasa shock dan amarah
- Rasa tak berdaya dan frustasi
- Meningkatnya perasaan lemah
- Hilangnya kepercayaan diri
- Rasa panik dan cemas untuk pergi bekerja
- Terganggunya hubungan personal dengan teman dan keluarga
- Sulit konsentrasi
- Menurunnya produktivitas
Tidak hanya perubahan-perubahan secara behavioristik dan mental, namun Anda juga bisa merasakannya pada fisik, seperti sulit tidur, hilang napsu makan, sakit perut, dan sakit kepala.
Lingkungan kerja yang diam dan tidak acuh terhadap kultur bullying dan agresi yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain (memanfaatkan strong management sebagai alat toxic positivity) akan menciptakan lingkungan pekerjaan yang perlahan-lahan memburuk, seperti:
- Meningkatnya jumlah absen karyawan
- Meningkatnya permintaan berhenti kerja
- Meningkatnya stres secara kolektif
- Resiko kecelakaan kerja lebih tinggi
- Motivasi dan produktivitas yang menukik jauh ke bawah
- Rusaknya citra perusahaan di mata publik
Mulailah berbuat sesuatu ketika menemukan praktek bullying pada diri Anda sendiri maupun kepada rekan kerja Anda.
Jika Anda merasa menjadi target/korban, Anda bisa memulai dari ketegasan untuk menunjukkan ketidaknyamanan. Jangan pernah ragu untuk berkata tidak dan menunjuk kesalahan serta perbuatan buruk yang dilakukan oleh pihak yang menekan Anda.
Jangan lupa untuk selalu mengingat tanggal kejadian, kalimat, alur kejadian, menyimpan screenshot atau rekaman dari perlakuan tidak menyenangkan tersebut dan mengadukannya kepada supervisor atau atasan Anda.
Tidak ada yang baik dari lingkaran bullying yang dibiarkan. Dan yang terbaik adalah untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Balasan atas kekerasan fisik ataupun verbal yang Anda lakukan dapat digunakan oleh teman/sekutu dari pelaku bullying tersebut untuk balik menjatuhkan posisi Anda sebagai korban. Perilaku kasar Anda pun tidak akan bisa menjadi pembenaran.
“Saya adalah atasan dari sebuah perusahaan. Apa yang bisa saya lakukan dalam situasi bullying di kantor?”
Sebagai atasan, tentu Anda menginginkan lingkungan kerja yang stabil, minim konflik, dan memiliki citra yang baik dan tidak menjadi toxic workplace.
Anda tidak bisa membiarkan karyawan Anda bekerja sendirian dalam menghadapi kasus bullying. Pasti karyawan Anda pun berhak mendapat perlindungan dan ketegasan dari kasus tersebut.
Anda bisa menanamkan peraturan-peraturan baru dalam lingkungan kerja Anda. Tariklah garis batas yang sangat tebal antara strong management dan bullying dengan bahasa lisan dan tertulis yang sangat gamblang.
Sangat baik bila Anda menyediakan perlindungan kesehatan mental kepada karyawan Anda yang mengalami tekanan dan bullying. Maka Riliv memperkenalkan Riliv for Company yang memiliki program kerjasama sebagai berikut:
- Konseling mudah dengan psikolog profesional, langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu
- 300+ meditasi beserta panduan mudah yang bisa digunakan sesuai dengan kondisi mental, hanya 10 menit saja untuk mendapat ketenangan
- Mood tracker yang bisa diakses oleh HR atau tim yang bertanggung jawab atas karyawan, sehingga bisa dengan mudah memahami bagaimana kemajuan kesehatan mental karyawan setelah konseling atau meditasi secara rutin
- Cerita dan musik pengantar tidur yang bisa memastikan karyawan Anda beristirahat dengan cukup dan berkualitas
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga Anda bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna
- Rahasia terjamin! Siapapun bisa menggunakan Riliv for Company tanpa harus ketahuan sedang konseling
- Harga terjangkau karena Anda akan langsung mendapatkan semua paket dalam harga yang masuk akal
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Bila Anda tertarik untuk bekerjasama dengan Riliv for Company demi investasi kesehatan mental para karyawan Anda, Anda bisa klik di sini untuk menghubungi kami.
Cukup 10 menit per hari, Anda bisa berpikir jernih dan terus menjadi pemimpin prima bagi karyawan Anda di masa sulit ini.
Sumber:
- http://www.safeworkers.co.uk/fine-line-between-bullying-strong-management.html
- https://www.ccohs.ca/oshanswers/psychosocial/bullying.html
Ditulis oleh: Rachel Emmanuella
Baca juga:
Menengok 7 Lingkungan Kerja Ideal Pasca Pandemi