Terapi Psikologi – Perbedaan yang paling mencolok dalam penanganan psikiater dan psikolog adalah pemberian obat. Jika psikiater diperbolehkan untuk memberikan resep, praktik psikolog di Indonesia tidak diizinkan untuk melakukan hal tersebut. Biasanya, psikolog akan menyarankan untuk memberikan psikoterapi, atau yang biasanya disebut terapi psikologi.
Tapi tahu nggak? Pemberian terapi psikologi tidak semerta-merta diberikan setelah kamu selesai berkonsultasi. Keadaan dan kebutuhan kamulah yang akan menentukan apakah terapi psikologi ini layak diberikan atau tidak.
Sebelum melakukan terapi pun, ada beberapa hal yang perlu kamu pahami dan bisa kamu tanyakan secara langsung ke psikolognya, lho. Apa saja itu?
1. Sebelum melakukan terapi psikologi, pastikan kenyamanannya
Terapi psikologi melibatkan dirimu dan psikolog. Jadi, sebelum kamu berkata ‘ya’, tanyakan pada dirimu apakah kamu mau diintervensi oleh psikolog yang sekarang berada di hadapanmu.
Apakah kamu sudah siap terbuka selama masa terapi ke depan? Eits, tapi jangan sampai kenyamanan yang ada di pikiranmu mengarah pada ‘kedekatan emosional’ ya. Karena di ujung terapi, baik psikolog maupun klien tidak boleh saling bergantung ketika sesi terapi selesai.
2. Ketahui hasil asesmen
Sebelum menentukan apakah terapi perlu dilakukan atau tidak, psikolog akan memastikan apakah kondisi kamu benar-benar sesuai diagnosanya. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan terpercaya, psikolog akan melakukan asesmen dengan alat ukur standar.
Khusus untuk gangguan mental, Psikolog akan terlebih dahulu merujuk kondisimu berdasarkan DSM-V. Bisa dibilang, buku DSM-V ini adalah salah satu buku sakti bagi praktisi kesehatan mental.
Setelah kondisimu diperiksa, kamu bisa bertanya tentang hasilnya. Tanyakan standar skor normal dan skormu, serta keparahannya. Setelah itu, kamu bisa berdiskusi tentang cara menurunkan keparahannya, ya!
3. Kenali tujuan dan cara kerja terapi psikologi
Jika psikolog sudah memberitahu terapi yang akan kamu jalani, kamu bisa menggali lagi apa saja yang akan kamu lakukan sepanjang terapi.
Selain itu, kamu perlu tahu tentang tujuan yang akan dicapai dalam terapi. Dengan mengenali terapinya, kamu bisa menghindari resiko terkena PHP.
4. Perhatikan rentang waktu
Berapa lama waktu yang harus kamu habiskan untuk melakukan terapi? Apakah cukup 2 minggu atau bahkan minimal 3 bulan? Jika perlu, sampai durasi selama 1 sesi.
Nah, ini perlu kamu tanyakan juga. Kesediaanmu untuk menghadiri seluruh sesi terapi, sangat penting untuk hasil yang optimal, sehingga ketika kamu merasa kurang sanggup, kamu harus berkonsultasi dengan psikologmu.
5. Pertimbangkan biaya
Last, but not least, biaya juga menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan. Kalau ketiga hal di atas sudah klik, kamu perlu memperhatikan nih, apakah kamu sanggup dari segi finansial.
Jika saat itu kamu belum mampu mengambil terapi tersebut, kamu bisa berkonsultasi apakah terapi tersebut masih memungkinkan untuk ditunda, dan apa yang harus dilakukan jika kamu ingin menunda.
Intinya, sebelum kamu menjalani terapi psikologi, kamu harus siap fisik dan mental. Dengan kesiapan ini, kesulitan yang nanti ditemui dalam terapi akan lebih mudah untuk disiasati. Dan yang terpenting, tidak membuatmu putus di tengah proses terapi, ya! Jika kamu butuh mengawalinya dengan langkah yang sederhana, kamu juga bisa melakukan konseling online melalui aplikasi curhat online Riliv. Semangat!
Disadur dari:
- https://www.apa.org/helpcenter/understanding-psychotherapy
- https://www.self.com/story/first-therapy-appointment
Ditulis oleh Elvira Linda Sihotang.
Baca juga:
6 Cara Mendapatkan Jodoh Tanpa Mengorbankan Diri Sendiri