Trauma Pada Anak – Tidak hanya orang dewasa, trauma juga bisa terjadi pada anak. Lalu, apa sebenarnya trauma itu? Trauma adalah kondisi ketika seseorang merasa sangat terancam oleh suatu peristiwa yang dia lihat atau terlibat di dalamnya.
Trauma pada anak usia dini umumnya terjadi karena pengalaman traumatis yang terjadi pada anak usia 0-6 tahun. Kali ini, Riliv akan mengulas apa saja sih penyebab trauma pada anak? Yuk simak!
Kekerasan dalam rumah tangga dapat memicu trauma pada anak
Image by Pixabay on Pexels
Anak-anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, baik secara fisik maupun mereka yang langsung melihat kejadiannya dapat mengalami guncangan emosi dan mengalami efek jangka pendek maupun jangka panjang.
Efek jangka pendek yang dialami diantaranya seperti cemas, mimpi buruk, sulit berkonsentrasi, khawatir tentang keselamatannya maupun orangtunya.
Sedangkan efek jangka panjang yang dapat dialami seperti memiliki masalah kesehatan fisik, memiliki masalah perilaku ketika remaja, dan bisa menimbulkan gangguan emosi (depresi, cemas, PTSD).
Selain itu, anak yang sering melihat kekerasan dalam rumah tangga akan beranggapan bahwa menyelesaikan permasalahan menggunakan kekerasan itu boleh-boleh saja atau bisa saja beranggapan bahwa kekerasan sebenarnya adalah bentuk ekspresi dari kasih sayang.
Hal tersebut tentu memiliki efek negatif yang sangat kuat pada anak-anak dan berbahaya dalam hubungan sosial maupun kehidupannya di kemudian hari.
Trauma pada anak juga bisa disebabkan oleh kejadian pelecehan seksual
Pelecehan seksual anak merupakan setiap interaksi yang terjadi antara seorang anak dan orang dewasa (atau anak lain) dimana anak tersebut digunakan untuk rangsangan seksual pelaku atau anak menjadi pengamat.
Pelecehan seksual dapat berupa perilaku menyentuh dan tidak menyentuh. Perilaku tidak menyentuh dapat berupa voyeurisme (mencoba melihat tubuh telanjang anak), eksibisionisme, atau mengekspos pornografi pada anak.
Reaksi trauma pada anak yang mengalami pelecehan seksual dapat berupa mimpi buruk, susah tidur, menarik diri, gelisah, bahkan sampai depresi.
Maka, penting untuk mengajarkan anak-anak tentang keamanan tubuh dan batasan tubuh yang sehat, dan mendorong komunikasi terbuka tentang masalah seksual.
Adanya kesedihan yang bersifat traumatis
Sebagian anak mungkin bisa menyesuaikan diri dengan baik setelah peristiwa orang tersayang meninggal dunia. Namun, sebagian anak-anak yang lain terus mengalami kesulitan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan membuatnya sulit untuk mengingat kenangan positif tentang orang yang mereka cintai.
Berbagai respon emosional dan perilaku yang biasa terjadi adalah adanya perubahan pola tidur, nafsu makan, perasaan sedih atau marah, melakukan isolasi sosial, sering berpikir tentang kematian, atau merasakan kehadiran orang tersebut di dekatnya.
Jika reaksi anak ternyata parah atau berkepanjangan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, anak tersebut mungkin mengalami duka traumatis masa kecil.
Nah, itu tadi adalah penyebab trauma pada anak. Jika sudah sampai mengganggu aktivitas anak sehari-hari, jangan ragu untuk menghubungi profesional untuk proses penanganan ya. Kamu juga bisa melakukan konseling online melalui aplikasi psikolog online Riliv.
Referensi :
- nctsn.org. The National Child Traumatic Stress Network : Trauma Types
Ditulis oleh Annisa Abdillah Z. D., bakso and nature photography enthusiast
Baca juga:
HR, Kenali Ciri-Ciri Karyawan Bermasalah Ini!