Omong-omong soal kesehatan mental, sekarang banyak orang yang akhirnya menyadari permasalahan ini dalam hidup mereka. Dan, sekarang banyak banget drama karena ‘berpura-pura’ bahagia dan menyembunyikan perasaan negatif. Kok, mirip-mirip seperti sandiwara ya?
Peran dan perasaan negatif
Menurut teori Dramaturgi oleh Erving Goffman, memang manusia, kaya kita gini, punya kehidupan di balik layar dan di depan layar, yang intinya persis kaya di panggung sandiwara.
Ada yang menampilkan persona yang antagonis, dan ada pula yang menampilkan peran yang protagonis. Dan ada pihak yang unik dalam menyelesaikan masalahnya yaitu dengan menertawakan masalah yang mereka punya dan sangat jarang menampilkan emosi negatif pada diri mereka kepada orang lain di sekitarnya. Tapi, apa yang ngebuat pihak ini bisa dibilang unik?
Yang terlihat bahagia di luar justru menyembunyikan banyak perasaan negatif
Nah, sekarang, apakah kalian pernah mendengar kalo orang yang paling ceria, sebenernya dia orang yang paling sedih? Ya, mungkin pertanyaan tadi terdengar sangat aneh. Tapi, pasti dari kita pun kaget kalo misalnya ada sosok komedian terus tiba-tiba mengakhiri hidupnya, karena selama ini mengidap sebuah depresi, benar kan?
Hal itu karena orang yang memiliki masalah dalam hidupnya, tapi dia ngga pernah mau nunjukin betapa tersiksanya dia, dan dia masih bisa menunjukan kalau dirinya ngga kenapa-napa. Hmmm, emangnya kalo kaya gini terus-terusan ngga berbahaya?
Namun, percaya atau ngga, sebenernya kita lebih mudah nunjukin kalo kita kecewa/marah/sedih lewat drama, tapi kita akan justru merasa kesulitan untuk menutupi rasa sedih kita dan melampiaskannya dalam bentuk kebahagiaan. Dan, sadar atau ngga, sebagian dari kita memilih untuk mengambil posisi yang kedua, yaitu bisa menunjukan rasa kebahagiaan pada orang lain, namun ada sisi gelap yang dia selalu usaha untuk menutupinya.
Dengan menyembunyikan perasaan negatif, keceriaan dapat menjadi sebuah penghalang dan tantangan
Kalo menjawab pertanyaan yang tadi, justru orang yang paling ceria itu punya tantangan lebih besar untuk bisa ceritain masalah yang lagi dia hadapi dengan menumpahkan emosi negatif. Padahal, orang kaya gitu, butuh tempat dan waktu, bahkan bisa ceritain kekesalan dia, rasa kecewa dia, dan betapa marahnya dia saat itu.
Orang yang seperti ini, selalu dituntut untuk tetap ceria, dampaknya dia harus mengorbankan perasaan negatifnya, sampai akhirnya mengantarkan pada masalah emosional maupun kecemasan yang berlebih. Tapi, ajaibnya, orang yang seperti ini, justru melampiaskan emosi negatifnya dengan menertawakan hidupnya. Se-simpel, “ih, palingan masalah gini bentar lagi selesai kok!”
Simpel tapi susah, jangan menyepelekan masalah!
Suatu perihal yang simpel, sebenernya sulit banget buat dilakuin. Apalagi buat nyelesain masalah dengan menertawakan hidupnya. Simpelnya, orang kaya gini selalu merasa hidupnya ngga ada masalah, karena kadangkala, dalam dirinya selalu menolak emosi-emosi negatif.
Jadi, bentuk pelampiasan terhadap masalahnya seperti sedang menertawakannya. Namun, sikap kaya gini punya konsekuensi juga, yaitu mengalami tekanan yang berat, kehilangan tujuan, kesepian bahkan bisa berujung pada kecemasan. Hmmm… mengapa bisa begitu?
Pendeknya sih, menimbun perasaan negatif terus-menerus, bikin mental kita ngga sehat
Dan, akan sulit nemuin akar masalah yang sebenernya kita hadapi, sesulit ngerjain soal matematika dengan yang berpangkat-pangkat! Sampai akhirnya, kita yang selalu ngerasa baik-baik aja, bisa tiba-tiba ngerasa demotivasi, cemas ataupun frustasi. Jadi, bayangkan ngga se-bercanda itu kan mengabaikan tanda-tanda kaya gini?
Mastiin kalo diri kita selalu baik-baik aja ke orang lain sebenernya ngga salah, karena memang kadang kita dituntut untuk seperti itu. Tapi, bukan berarti kita ngga boleh merasakan marah, sedih, kecewa atau cemas. Karena dengan menolak perasaan kaya gitu dalam menghadapi masalah, kita ngga pernah tau sebab-musababnya kenapa kita bisa merasa marah, kecewa atau sedih, terus akhirnya pikiran ini ngebawa kita pada kecemasan.
Ya, itu karena kita ngga pernah melepaskan emosi tersebut sampai tuntas, kemudian ketika rasa negatif itu datang secara berulang, kita jadinya merasa cemas. Loh, bukannya tadi katanya kita bisa ngelampiaskannya dengan menertawakan hidup? itu gimana ceritanya?
Butuh waktu dan bantuan untuk melepaskan emosi negatif
Sebenernya, kita bisa aja menertawakan masalah yang ada di hidup kita, asalkan kita sudah menerima dengan ikhlas dan memberikan waktu pada diri kita untuk melampiaskan emosi negatif tadi karena masalah yang kita hadapi. Nah, buat cara ngelampiasinnya, bisa langsung ke orang terdekat kita, bercerita dengan tulisan, atau kalo udah ngerasa buntu banget, jangan sungkan buat cerita ke profesional supaya kita tahu akar penyebab emosi negatif kita timbul dari mana.
Kita bakalan susah buat berpikir positif soalnya masih ada perasaan negatif yang belom tuntas kita selesain, apalagi kalo kita ngga nyoba cari tahu penyebabnya apa ya kan? Jadi, ketika emosi negatifnya tersalurkan, kita bisa ngeliat masalah yang kita hadapi kemarin dengan menertawakannya.
Terbukalah dengan sekitarmu…
Memang punya perasaan negatif itu ngga nyaman banget, apalagi buat diceritain ke orang lain. Tapi, yang lebih bahaya, kalo kita ngga pernah jujur sama perasaan yang kita sendiri alami sekarang, karena bisa jadi membohongi diri sendiri bisa mengantarkan kita pada masalah yang lebih rumit lagi bukan?
Terus, bukan berarti, menutupi masalah kita ke orang lain dengan kebahagiaan itu ngga boleh ya, tapi, lebih baik kita menyelesaikan masalah kita dengan membiarkan emosi negatif itu dilepaskan, misalnya ke olahraga, bekerja, rekreasi, meditasi, melakukan hobi, atau menghabiskan waktu dengan diri sendiri. Tapi, bukan berarti kita membiarkan emosi negatif berlarut-larut juga ya, jadi segera cari bantuan kalo udah sampe titik ini.
Nah, intinya, jangan sekali-kali berpikir ya, kalo kita ngga boleh marah, sedih, kecewa, dan selalu harus ceria. Soalnya, kita bisa menyalurkannya di depan layar, atau kalo ngga merasa nyaman, kita masih punya tempat di balik layar. Dan, ingat jangan pernah menyembunyikan perasaan ini sendirian, atau bahkan sampai memberi stigma pada diri kalian sendiri, soalnya hidup kita punya episode yang kita harus lewati seperti itu adanya. Karena yang pasti, semua orang pernah mengalaminya.
Eka Putri