OCD – Mungkin kamu udah nggak terlalu asing sama istilah ini, ya? Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dikenal sebagai salah satu gangguan kesehatan mental yang suka memeriksa sesuatu berulang kali secara berlebihan. Misalnya, saat bersiap-siap pergi ke suatu tempat bisa berkali-kali cek pintu apakah sudah dikunci atau belum. Menurut American Psychiatric Association, perilaku ini muncul sebagai cara buat menghilangkan pikiran/ide/sensasi yang nggak diinginkan terjadi. Hal ini terus-menerus dilakukan bahkan sampai mengganggu kegiatan sehari-hari.
Kamu merasakan hal ini juga? Cari tau cara buat mengatasinya di artikel ini, yuk!
3 Elemen Utama OCD
Supaya lebih memahami tentang gangguan ini, kita cek dulu tiga elemen utamanya menurut National Health Service United Kingdom (NHS UK), yaitu:
- Obsesi
Elemen ini menjelaskan tentang pikiran, gambaran, atau dorongan yang nggak diinginkan, mengganggu, dan sering menyusahkan. Bahkan hal ini berulang kali memasuki pikiranmu. Menurut Mayo Clinic, obsesi ini punya beberapa gejala, misalnya:
– Takut terkontaminasi dengan kotoran atau zat kimia
– Ragu dan sulit menoleransi ketidakpastian
– Membutuhkan hal-hal yang teratur dan simetris
– Menghindari situasi yang sekiranya dapat memicu obses
- Emosi
Adanya elemen ini disebabkan oleh obsesi. Kamu jadi merasa cemas atau tertekan secara intens.
- Kompulsif
Perilaku berulang atau tindakan mental yang membuat seseorang dengan gangguan ini merasa terdorong untuk melakukannya sebagai akibat dari kecemasan dan kesusahan yang disebabkan oleh obsesi. Menurut Mayo Clinic ada beberapa gejala yang bisa terlihat, yaitu:
– Mencuci tangan berulang kali
– Memeriksa pintu berulang kali untuk memastikan sudah terkunci
– Memeriksa kompor berulang kali untuk memastikan apinya sudah mati
– Menghitung dengan pola tertentu
– Mengulang doa, kata, atau frase secara diam-diam
– Menata makanan kaleng berulang kali dengan cara yang sama
Penyandang gangguan ini bisa aja berperilaku kompulsif, obsesif, ataupun keduanya. Meskipun nantinya akan coba meredakan rasa cemas tapi, siklus ini bisa muncul lagi karena adanya obsesi.
Penyebab dan Faktor
Gejala-gejala tadi diyakini muncul karena penyebab tertentu, meskipun sampai saat ini belum diketahui penyebab sebenarnya. Tapi menurut Mayo Clinic ada beberapa teorinya
– Biologi: Gangguan ini merupakan hasil dari perubahan kimia alami tubuh atau fungsi otakmu.
– Genetika: Dalam hal ini, komponen genetik, tapi gen spesifik belum diidentifikasi.
– Belajar: Ketakutan obsesif dan perilaku kompulsif bisa dipelajari dari mengamati anggota keluarga atau dipelajari secara bertahap dari waktu ke waktu
Selain ketiga hal tadi, Mayo Clinic juga menyebutkan ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko buat memicu gangguan ini, yaitu:
– Sejarah keluarga: Memiliki orang tua atau anggota keluarga lain dengan gangguan ini dapat meningkatkan risikomu buat mengalaminya.
– Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan: Kalau kamu pernah mengalami peristiwa traumatis atau stres, risikomu mengalami gangguan ini bisa meningkat. Biasanya dipicu dari pikiran yang mengganggu, ritual, dan tekanan emosional yang menjadi cirinya.
– Gangguan kesehatan jiwa lainnya: Mengalami OCD bisa memicu buat mengalami gangguan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan zat.
“Terus, Gimana Cara Mengatasinya?”
Saat mengetahui diagnosis dari psikolog kalau kamu atau orang terdekat adalah penyandang OCD, ada beberapa penanganan yang bisa dilakukan secara mandiri. Dalam artikel Help Guide ada lima cara yang bisa dicoba. Intip satu per satu, yuk!
1. Identifikasi Pemicunya
Hal ini jadi langkah utama buat mengatasi gejala OCD. Misalnya kamu suka memeriksa berulang-ulang apakah kompor sudah dimatikan. Kamu bisa coba benar-benar memperhatikan kondisi kompor ketika pertama kali mematikannya. Jadi, ketika dorongan buat memeriksa ulang atau berperilaku impulsif, kamu bisa lebih mudah mengatasi dorongan itu. Karena kamu tau dengan pasti kalau kondisi kompor sudah betul-betul mati.
2. Belajar Menahan Perilaku Kompulsif
Tips kedua ini adalah terapi yang biasa digunakan profesional yaitu dengan menahan perilaku kompulsif atau dikenal sebagai eksposur dan pencegahan respons (ERP). Hal ini mengharuskan seseorang berulang kali mendekatkan diri pada sumber obsesi. Sampai akhirnya menahan diri dari perilaku kompulsif yang biasanya dilakukan buat mengurangi kecemasan ketika bertemu dengan sumber obsesi.
Contohnya, kamu merasa perlu cuci tangan berulang kali. Coba duduk dulu sebentar supaya kamu jadi lebih tenang. Dengan begitu, keinginan buat cuci tangan bisa perlahan-lahan hilang dengan sendirinya.
Cara ini mengajarkan kamu bahwa nggak diperlukan cara khusus buat menghilangkan kecemasan. Selain itu, mengajarkan juga buat sadar kalau kamu punya kendali atas pikiran obsesif dan perilaku kompulsif yang dialami.
3. Tantang Pikiran Obsesif
Khawatir atau cemas adalah hal yang wajar. Tapi, orang dengan gangguan obsesif kompulsif menyebabkan otak terjebak pada kecemasan tertentu dan terus-menerus berputar di kepala. Seperti melawan kompulsif, kamu bisa mengatasi pikiran yang mengganggu dan obsesif dengan belajar untuk mentolerirnya melalui latihan ERP tadi.
Ketika pikiran obsesif itu datang, coba akui kehadiran pikiran atau dorongan negatif yang ada. Biarkan sejenak mereka ada dan ketika emosi mulai berkurang, kamu bisa tarik napas sampai merasa tenang. Lepaskan pikiran obsesif dan kembali melakukan aktivitas biasa.
4. Cari Dukungan Sekitar
OCD adalah gangguan mental yang bisa menjadi lebih buruk saat penderitanya merasa nggak berdaya dan sendirian. Jadi, penting sekali untuk membangun sistem pendukung yang kuat. Orang dengan gangguan ini bisa bergabung dengan komunitas beranggotakan orang-orang yang mengalami hal sama. Jadi, bisa lebih percaya diri dan dan belajar dari orang lain yang menghadapi masalah sama.
5. Kelola stres
Meskipun stres nggak menyebabkan OCD, tapi bisa memunculkan gejala atau justru membuatnya semakin parah lho! Untuk mengatasi stres, kamu bisa praktikkan teknik relaksasi, seperti yoga atau latihan pernapasan dalam, dan teknik relaksasi lainnya yang dapat membantu menurunkan tingkat stres dan ketegangan. Kamu juga bisa coba buat meditasi mindfulness bersama Riliv. Ada banyak pilihan konten meditasi yang bisa bikin hati dan pikiran lebih tenang.