Ditulis oleh Albin Sayyid Agnar, diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Mengatasi Galau – Orang-orang tanpa pasangan romantis sering distereotipkan dan distigmatisasi. Hal-hal buruk sering dikaitkan dengan mereka, seperti “udah berumur tapi kok belum menikah sih” atau “sendirian mulu, pasangannya mana?” dan masih banyak stereotip buruk lainnya. Hal ini dapat membuat orang menjadi cemas dan galau. Karena itu, kamu perlu tahu cara mengatasi galau karena hal ini, agar tidak berkepanjangan.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan lajang atau single menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Lalu bagi individu, seiring bertambahnya usia, kepuasan dengan kehidupan lajang mereka menjadi lebih baik juga. Mungkin, ada beberapa orang yang bilang, tidak memiliki pasangan romantis relevan dengan perasaan kesepian, tetapi sebetulnya tidak juga, lho!
Tenang, bagi kamu yang merasa galau ditinggal teman-teman sebaya yang sudah punya pasangan, coba simak 5 tips dari Riliv ini untuk mengatasi galau yang lagi kamu hadapi!
1. Mengatasi galau dengan percaya bahwa kamu pasti akan menemukan pasangan hidup
Jumlah orang menikah hampir mendominasi di Amerika Serikat, dengan persentase lebih dari 90% orang yang menikah. Angka-angka itu telah menurun tajam dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun proporsi orang berusia 25-34 tahun yang menikah telah anjlok, itu tidak berarti bahwa mereka akan sendirian untuk seumur hidup.
Jumlah orang di Amerika Serikat yang menunda pernikahan sampai usia 40 atau 50-an meningkat, sementara yang lain hidup dengan pasangan yang romantis, meskipun mereka mungkin tidak melegalkan hubungan. Ketika definisi cinta yang lebih luas ini digunakan, peluang menikah atau tidak, ada di tangan masing-masing individu.
Para ahli demografi memproyeksikan bahwa sekitar tiga perempat generasi millenial dan generasi X pada akhirnya akan menikah maksimal pada usia 40 tahun, dengan tingkat yang lebih tinggi untuk lulusan perguruan tinggi.
2. Apa yang kita cari dalam pasangan berubah seiring bertambahnya usia, dan itu hal yang baik
Ada banyak alasan untuk menantikan usia yang makin bertambah tua. Salah satunya karena preferensi dan strategi kencan orang di usia yang lebih matang akan berubah, dibandingkan jika saat remaja dulu. Erik Erikson mengatakan bahwa di masa dewasa, keinginan kita sudah berubah dari yang semula mencari jati diri, akan menjadi fokus kepada menjalin hubungan yang lebih erat. Alhasil, keinginan mendapatkan pasangan pun akan semakin mengacu pada pemenuhan kebutuhan emosional.
Namun tentu saja, dengan bertambahnya usia, berkencan menjadi lebih sulit. Sifat-sifat yang kita cari dalam pasangan akan berubah seiring bertambahnya usia, karena kita lebih fokus pada substansi serta kualitas individu, seperti pikiran dan sikap, dibanding dengan faktor-faktor yang terlihat sekilas, seperti penampilan atau uang.
Daripada melihat fisik, banyak pria maupun wanita yang juga melihat dari sisi sifat, seperti humor, kebaikan, dan kecocokan menjadi lebih penting bagi mereka.
3. Cinta tidak hanya soal bagaimana kemampuan dan prestasi
Banyak orang-orang sering mengatakan kepada mereka yang masih single, “sayang sekali bahwa seseorang secerdas dan semenarik kamu kok masih sendirian.”
Ini menyiratkan bahwa orang memerlukan sifat atau kualifikasi khusus untuk menarik minat dalam cinta — dan bahwa jika kita masih sendirian, kita pasti melakukan sesuatu yang salah. Tetapi, pesan seperti ini sangatlah tidak sehat dan tidak produktif, Dear!
Pencarian untuk pasangan hidup tidak sama dengan pencarian untuk membeli kendaraan atau pekerjaan, meskipun ada beberapa aplikasi kencan yang mungkin membuatmu merasa seperti itu. Ingat bahwa kamu sedang mencari seorang pasangan yang utuh dan menerima baik buruknya, bukan hanya sekedar sifat yang diinginkan.
Cobalah tanyakan kepada kakek nenek yang sudah lama menikah atau orangtuamu, tentang apa yang paling mereka sukai dari pasangan mereka. Jawabannya mungkin bukan “dia pencari nafkah yang baik,” atau “dia memiliki banyak pengalaman dan harta.”
Orang-orang dengan pernikahan yang panjang dan bahagia menekankan nilai-nilai dan minat bersama, seperti sifat humor, dan menerima kekurangan satu sama lain — baik itu keanehan dan semua sifatnya.
4. Tips mengatasi galau: Ingatlah bahwa pernikahan bukan menjadi jawaban utama permasalahan
Ada banyak alasan untuk menikah.
Pernikahan memberikan manfaat dalam agama, hukum, dan finansial. Tetapi, banyak orang yang menyatakan bahwa pernikahan membuat hidup kita lebih baik secara menyeluruh, namun penelitian menunjukkan bahwa tidak selalu demikian.
Memang, hubungan yang baik membuat hidup kita menjadi lebih baik. Orang-orang dengan hubungan romantis yang dekat dan penuh kasih, ternyata memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih baik, dan memiliki kehidupan yang lebih panjang daripada mereka yang memiliki hubungan yang tegang, bertentangan, dan penuh konflik.
Tapi, mengalami pernikahan yang buruk akan berdampak lebih buruk bagi kita, daripada orang tidak menikah ataupun lajang. Laporan statistik di Indonesia mencatat bahwa tingkat perceraian semakin tinggi di tahun 2022. Maka dari itu, menikah tanpa kesiapan matang bisa jadi sumber permasalahan baru.
Studi lain menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang sudah menikah akan merasakan kesepian, yang berarti kebutuhan emosional mereka tidak terpenuhi.
Memiliki teman atau anggota keluarga sebagai orang kepercayaan, atau satu orang yang kamu percayai yang dapat membagikan pemikiran pribadimu, akan dapat memberikan banyak manfaat emosional yang ditawarkan, dibandingkan oleh pernikahan yang baik.
Baca juga: Persiapan Pernikahan Wanita, Wajib Bicarakan Ini dengan Pasangan!
5. Menjadi seseorang yang single memiliki banyak manfaat, lho
Jangan remehkan orang-orang yang masih lajang, Dear! Menjadi seseorang yang single memiliki banyak manfaat, lho.
Sosiolog telah mendokumentasikan bahwa semakin banyak orang yang memilih sendiri, mereka akan semakin menikmati kesempatan untuk hidup sesuka mereka. Kesendirian memberi orang sebuah otonomi untuk memilih tempat tinggal, apa yang harus ditonton, dan apa yang harus dimakan untuk makan malam.
Menjadi lajang berarti kita memiliki kewajiban sosial yang lebih sedikit dan dapat mengejar hobi dan petualangan yang tidak dapat kita lakukan jika kita menikah.
Menjadi lajang memang bukan untuk semua orang, tetapi semakin banyak orang dewasa yang memilih untuk melajang lebih lama dari sebelumnya, dan menggunakan tahun-tahun ini untuk mengejar tujuan karir dan mengambil risiko yang mungkin tidak mereka miliki jika mereka menikah.
Jangan salah, orang-orang yang tetap melajang sama bahagianya dengan teman sebayanya yang menikah. Mereka belajar mengatur kehidupan mereka sendiri dan juga dikelilingi oleh teman-teman, kegiatan, dan lingkungan fisik yang dapat meningkatkan kebahagiaan sehari-hari mereka.
Mengatasi galau karena belum mendapatkan pasangan memang tidak bisa instan dan bertahap. Selain dengan cara di atas, kamu juga bisa mencoba untuk mengatasi galau yang kamu rasakan dengan cara ini agar lebih bahagia, lho!
Baca juga: Cara Meningkatkan Self Love: Rahasia Kebahagiaan Banyak Orang
Kamu perlu orang-orang yang men-support dirimu, dan mengingatkan bahwa it’s okay jika kamu belum memiliki pasangan. Kita punya waktunya masing-masing untuk bahagia. Memiliki pasangan pun juga bukan jaminan bahwa kamu akan bahagia.
Jika galaumu masih belum bisa teratasi, cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog agar galaumu dapat berkurang dan dapat ditangani dengan yang ahli. Jangan ragu untuk memilih konseling dengan Riliv sebagai salah satu cara mengatasi galau yang kamu rasakan!
Referensi:
-
- Carr, D. (2016). 5 Reasons Singles Should Stop Worrying. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/bouncing-back/201606/5-reasons-singles-should-stop-worrying
-
- DePaulo, B. (2019). The Single Life May Get Even Better With Age. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/living-single/201901/the-single-life-may-get-even-better-age
-
- McLeod, S. (2023). Erik Erikson’s 8 Stages Of Psychosocial Development. Retrieved from Simply Psychology: https://simplypsychology.org/Erik-Erikson.html
-
- Prince, A. (2014). The Differences Between Dating at 20 and at 30. Retrieved from Lifehack: https://www.lifehack.org/articles/communication/the-differences-between-dating-20-and-30.html