Seiring dengan perkembangan teknologi, akses terhadap informasi kesehatan mental pun semakin mudah. Saat ini, masyarakat mulai banyak yang sadar tentang kesehatan mental, termasuk gangguan-gangguannya. Tentu hal tersebut memiliki efek positif. Namun seringkali, kita masih sulit membedakan antara gangguan mental dengan kondisi ketidakseimbangan emosi yang masih normal. Nah, anxiety disorder adalah salah satu gangguan mental yang masih sering disalahpahami, nih!
Ketika kita merasa cemas secara terus-menerus akan suatu hal, kita biasanya mulai mencoba untuk mencari tahu penyebabnya di internet. Muncullah beragam artikel yang menjelaskan tentang kecemasan dan gangguan kecemasan.
Kita jadi mengira-ngira dan mencocokkan informasi tersebut dengan keadaan kita saat ini. Akhirnya, kita jadi berpikir, “Wah, kayanya aku kena anxiety disorder.”
Padahal, anxiety disorder adalah salah satu gangguan mental dan tidak semudah itu untuk mendiagnosisnya, loh, Dear! Diperlukan diagnosis secara detail dan menyeluruh oleh orang yang sudah profesional di bidang tersebut.
Nah, berikut ini, Riliv akan mencoba untuk memberikan sedikit penjelasan mengenai anxiety disorder dan perbedaannya dengan kecemasan biasa. Yuk, disimak!
“Aku sedang merasa cemas. Wajar, nggak, sih?”
“Apakah merasa cemas itu wajar?” (Photo by Anthony Tran on Unsplash)
Perasaan cemas atau kecemasan adalah perasaan takut yang tidak menyenangkan dan terjadi secara umum. Artinya, kecemasan bisa timbul dan dirasakan oleh semua orang.
Ketika kita cemas, kita akan merasa sangat lelah dan mengalami beberapa reaksi fisik, seperti pusing, berkeringat, berdebar, sesak, hingga sakit perut.
Cemas itu wajar, nggak, sih? Jawabannya adalah wajar. Kecemasan adalah kondisi normal yang mungkin saja dialami semua orang.
Kecemasan juga berperan sebagai respons yang bermanfaat untuk mengantisipasi terjadinya situasi berbahaya. Jadi sebenarnya, kemunculan rasa cemas adalah sebuah reaksi alamiah dari tubuh kita, Dear!
“Kalau begitu, anxiety disorder adalah bentuk kecemasan yang seperti apa?”
Nah, seperti yang kita tahu bahwa kecemasan adalah suatu reaksi alamiah dari tubuh ketika menghadapi situasi mengancam. Namun, pada tingkatan tertentu, kecemasan akan berubah menjadi gangguan kecemasan atau anxiety disorder.
Kita harus mulai waspada ketika mengalami perasaan cemas yang luar biasa dan terjadi secara terus-menerus, atau bahkan sampai mengganggu kegiatan sehari-hari dan hubungan kita dengan orang lain.
Kita perlu lebih mengenali gejala-gejala yang kita rasakan, karena kemunculan anxiety disorder ini bisa berbeda-beda pada setiap orang.
Ketika kita mulai merasa bahwa kecemasan yang kita alami telah mengganggu aktivitas sehari-hari, penting bagi kita untuk tetap meyakini bahwa kita akan baik-baik saja.
Anxiety disorder merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang paling sering terjadi dan dapat diobati. Oleh karena itu, kita harus waspada, tapi jangan lupa untuk tetap tenang.
“Gejala anxiety disorder itu seperti apa?”
Insomnia termasuk gejala anxiety disorder (Photo by Kinga Cichewicz on Unsplash)
Secara umum, ada beberapa gejala anxiety disorder yang dapat dikenali. Untuk gejala emosi anxiety disorder antara lain:
- Muncul rasa takut yang hebat
- Kesulitan berkonsentrasi
- Merasa tegang dan gelisah
- Menjadi mudah marah
- Merasa seperti pikiran sedang kosong
Anxiety disorder adalah gangguan yang tidak hanya ditandai dengan gejala emosional. Ada pula gejala yang ditunjukkan oleh tanda-tanda fisik. Gejala fisik anxiety disorder antara lain:
- Jantung berdebar
- Berkeringat
- Pusing atau sakit kepala
- Mengalami sakit pada perut
- Napas yang tersengal-sengal
- Insomnia
“Apakah anxiety disorder memiliki berbagai macam jenis?”
Ya. Anxiety disorder dapat dikategorikan lagi menjadi beberapa jenis. Beberapa kondisi yang tergolong ke dalam anxiety disorder antara lain:
a. Generalized anxiety disorder (GAD)
GAD ditandai dengan perasaan takut dan cemas yang terjadi secara terus-menerus dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Selain itu, penderita GAD bisa merasakan firasat yang secara persisten mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Penderita GAD juga dapat merasa cemas sepanjang hari, meski mereka tidak tahu penyebab munculnya kecemasan tersebut.
b. Panic attack dan Panic disorder
Panic disorder ditandai dengan serangan panik yang muncul secara tiba-tiba dan berulang. Salah satu contohnya adalah rasa takut dan serangan panik yang muncul ketika berada di suatu tempat yang sulit dijangkau oleh pertolongan atau sulit melarikan diri dari tempat tersebut.
c. Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) ditandai dengan kemunculan berbagai pikiran atau tindakan yang tidak diinginkan serta sulit untuk dikontrol ataupun dihentikan.
Orang-orang dengan OCD terganggu dengan obsesi (obsessions) berupa pikiran seperti, “Aduh, aku kayanya tadi lupa matiin kompor, deh!” atau “Rumah udah dikunci atau belum, ya. Jangan-jangan belum.”
Di samping itu, orang-orang dengan OCD juga akan mengalami paksaan atau tekanan (compulsion) berupa tindakan yang tidak bisa dikontrol.
Contohnya seperti mencuci tangan berulang kali atau menata peralatan berulang-ulang karena merasa peralatan tersebut belum rapi.
d. Fobia dan ketakutan yang tidak rasional
Fobia dapat diartikan sebagai ketakutan yang berlebihan dan tidak realistis terhadap objek, aktivitas, atau situasi tertentu yang sebenarnya tidak terlalu membahayakan.
Pada beberapa kasus fobia yang parah, orang-orang dengan fobia tersebut cenderung akan terus menjaga jarak dengan objek fobia mereka. Padahal sayangnya, menjaga jarak atau menghindari objek tersebut justru akan memperkuat fobia, loh!
Eh, tapi, jika kita memiliki suatu fobia dan punya keinginan untuk menghilangkannya, kita lebih baik meminta bantuan profesional, ya! Agar terapi untuk menghilangkan fobia tersebut dapat dilakukan dengan aman dan terkendali.
e. Post-traumatic stress disorder (PTSD)
PTSD adalah sebuah gangguan kecemasan ekstrem yang dapat terjadi setelah sebuah peristiwa traumatis, contohnya seperti kecelakaan atau bencana.
Gejala PTSD ditandai dengan adanya flashback atau ingatan yang muncul kembali tentang peristiwa traumatis tersebut hingga menimbulkan ketakutan.
Ditandai juga dengan adanya kewaspadaan yang berlebihan, mudah terkejut, menarik diri dari orang lain, dan menghindari situasi yang dapat mengingatkannya akan kejadian traumatis tersebut.
“Apa hal-hal yang bisa kulakukan sebagai pertolongan pertama untuk diri sendiri?”
Tubuh kita sangat butuh istirahat yang cukup (Photo by Kinga Cichewicz on Unsplash)
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai pertolongan pertama ketika kita menyadari ada yang salah pada diri kita.
- Jalin hubungan dengan orang lain. Kesepian justru bisa memunculkan kecemasan, Dear. Jadi sebisa mungkin, tetaplah keep in touch dengan orang-orang terdekat kita, ya!
- Berusaha mengendalikan stres
- Melatih teknik relaksasi. Kita bisa melakukan meditasi sederhana untuk membantu kita merasa lebih rileks dan tenang.
- Berolahraga secara rutin. Berolahraga merupakan salah satu upaya alami yang bisa mengurangi tingkat stres dan menghilangkan kecemasan kita.
- Tidur yang cukup. Istirahat merupakan salah satu kunci utama yang penting untuk terus kita jaga. Pastikan pola tidur kita cukup, ya, Dear. Tubuh kita butuh istirahat.
“Jika aku merasa bahwa kecemasanku sudah mulai tidak wajar, apa yang harus kulakukan?”
Ketika kita merasa bahwa kecemasan yang kita alami sudah mulai tiba pada taraf mengganggu, kita harus segera mencari bantuan profesional, Dear.
Mencari informasi di internet memang lebih mudah, tetapi hal tersebut tidak lantas membuat kita boleh melakukan diagnosis pribadi terhadap diri sendiri. Meskipun anxiety disorder masih bisa disembuhkan, tapi kita tetap tidak bisa menyembuhkan diri sendiri.
Oleh karena itu, tindakan yang tepat untuk dilakukan adalah meminta bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater.
Mungkin pada awalnya kita malu dan ragu untuk berkonsultasi, tapi percayalah bahwa tindakan tersebut adalah keputusan yang terbaik. Selain dapat mendiagnosis dengan lebih tepat, psikolog juga akan membantu kita untuk dapat pulih dari anxiety disorder.
Berkonsultasi ke psikolog bukanlah tindakan yang memalukan, Dear! Justru tindakan tersebut adalah pilihan yang bijak.
Kita menunjukkan bahwa kita peduli terhadap kesehatan mental kita. Kita juga menunjukkan bahwa kita sedang mencintai diri sendiri dengan melakukan upaya agar diri kita dapat kembali pulih.
Salam sehat jiwa!
Referensi:
- Ankrom, S. (2020). Do You Have Normal Anxiety or a Disorder?. Verywellmind. Disadur dari https://www.verywellmind.com/is-it-normal-anxiety-or-an-anxiety-disorder-2584401
- Smith, M. A., Robinson, L., Segal, J. (2019). Anxiety Disorder and Anxiety Attacks. HelpGuide. Disadur dari https://www.helpguide.org/articles/anxiety/anxiety-disorders-and-anxiety-attacks.htm