Stres Lebaran – Lebaran harusnya jadi event penuh kebahagiaan karena kita bisa berkumpul dengan keluarga besar dan sanak saudara di kampung halaman. Tapi ternyata, nggak semua orang merasakan hal itu, lho! Beberapa orang justru merasa bahwa di momen Lebaran, perasaan stres, cemas, dan ketakutan menghantui mereka. Kenapa bisa demikian? Simak penjelasannya dan cara menghadapinya di artikel ini!
Holiday blues, si penyebab stres waktu Lebaran
Momen stres waktu hari raya sebenarnya nggak cuma terjadi pas Lebaran saja, lho! Untuk hari-hari raya bertanggal merah lainnya pun, orang-orang juga bisa merasakan hal serupa. Inilah yang dinamakan holiday blues atau holiday stress.
Dilansir dari Verywellmind, menurut National Alliance on Mental Illness (NAMI) di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa 64% orang yang memiliki permasalahan kesehatan mental melaporkan bahwa masa-masa liburan seperti Natal atau Tahun Baru justru memperburuk kondisi mereka. Biasanya, mereka mengalami gejala-gejala seperti kehilangan minat beraktivitas, pola makan yang memburuk, perubahan pola tidur, sulit berkonsentrasi, merasa tidak berharga, mood yang selalu buruk, dan mengalami kecemasan berlebih. Terdengar familier, bukan? Ya, karena holiday blues itu gejala-gejalanya mirip banget sama gejala depresi menurut DSM-5.
Kenapa holiday blues bisa terjadi?
Holiday blues bisa disebabkan oleh banyak hal, antara lain kewalahan dalam mempersiapkan agenda hari raya, terlalu banyak berinteraksi dengan orang, tingkat perhatian terhadap fokus yang berlebihan, dan paksaan untuk beradaptasi dalam berbagai situasi yang terlalu cepat berubah.
Make sense, nggak sih? Momen hari raya sangat kental dengan tradisi saling memberi parsel kepada orang lain, memasak hidangan hari raya, dan berlibur dengan keluarga. Setiap kali kita mempersiapkan hari raya, kita harus selalu dituntut untuk belanja kebutuhan ini dan itu, namun di sisi lain juga harus memanajemen waktu, tenaga, dan uang. Belum lagi bila kamu bekerja sebagai karyawan di retail store yang harus melayani banyak pelanggan yang membludak karena diskon hari raya. Perasaan takut tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, komersialisme, dan hype liburan inilah yang bisa memperbesar kondisi stres yang dialami seseorang.
Stres yang dialami waktu hari raya bisa kerap kali dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ‘kapan lulus?’, ‘kapan nikah?,’ dan ‘kapan’ lainnya, bukan? Inilah yang dinamakan ekspektasi. Jika kamu dibebani oleh ekspektasi dari sanak saudara dan orang tua ketika Lebaran, besar kemungkinan bahwa kamu akan mengalami stres karena takut dianggap tidak bisa memenuhinya. Penelitian Haider (2022) melaporkan bahwa mahasiswa yang mengalami tekanan batin karena ekspektasi orang tuanya cenderung mengalami stres dan penurunan performansi akademik.
Bagaimana dengan yang sudah bekerja? Penelitian Sudarji (2022) mengungkapkan bahwa stres yang dialami generasi muda di Indonesia yang berada di usia produktif berkaitan dengan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya secara finansial.
Kiat-kita menghadapi stres waktu Lebaran dan hari raya lainnya
Lalu, apa yang harus kita lakukan agar holiday blues tidak mengganggu kebersamaan kita dengan keluarga? Berikut ini tips dari Riliv!
Sempatkan waktu untuk me time
Luangkanlah waktu sendirian dengan diri kamu sendiri. Merasa kewalahan di hari raya itu sesuatu yang lumrah, apalagi kalau kamu tinggal di keluarga besar dengan banyak kerabat atau sanak saudara. Maka dari itu, sempatkanlah diri melakukan self care seperti meditasi, olahraga, jalan-jalan santai, atau sekedar duduk sambil menghirup udara segar. Sudah banyak penelitian yang mengungkapkan manfaat self care bagi resiliensi diri dan penurunan tingkat stres. Ingat, ya! Menjaga kesehatan mentalmu sendiri itu penting banget, karena siapa lagi yang memahami kondisi kesehatan mentalmu selain dirimu sendiri?
Baca juga: Retinol lagi Viral, Apa Kaitannya dengan Tren Self Care?
Pasang batasan antara kehidupan pribadi dan keluarga
Merayakan momen hari raya bersama keluarga bukan berarti kamu harus terus-terusan berinteraksi dengan mereka setiap waktu, lho! Membatasi interaksi dengan mereka bukan berarti memutus silaturahmi, namun mengetahui kapan kamu harus terlibat dan kapan kamu sebaiknya menarik energimu untuk dirimu sendiri. Bagaimanapun juga, nggak semua interaksi dengan keluarga itu bersifat positif, lho! Jika sudah muncul tekanan di sana-sini, ada kalanya kamu harus membatasi mereka untuk memasuki kehidupan pribadi kamu untuk mencegah terjadinya trigger emosi yang bisa membuat stres dan kecemasan semakin parah.
Menenangkan diri dengan ibadah
Bagi umat Muslim yang merayakan Lebaran, mendekatkan diri dengan Tuhan melalui ibadah ternyata juga bisa mengurangi tingkat stres, lho! Penelitian Sobhani (2022) mengungkapkan bahwa melaksanakan shalat lima waktu bisa menenangkan pikiran dan mengurangi level kortisol. Selain itu, penelitian oleh Septiawan & Idris (2021) juga membuktikan bahwa melakukan dzikir ternyata bisa menjadi metode relaksasi yang bagus untuk mengurangi tekanan darah yang memicu stres. Maka dari itu, jangan cuma jadikan Lebaran sebagai acara kumpul-kumpul saja. Apabila kamu termasuk orang yang religius dan spiritualitasnya tinggi, memanfaatkan momen Lebaran untuk lebih taat beribadah itu nggak ada salahnya!
Baca juga: Cara Islami Menghilangkan Stres agar Hidup Lebih Damai
Jangan ragu mencari social support!
Menghadapi stres di saat Lebaran nggak cukup dengan usaha dari diri kita sendiri. Terkadang, kita butuh mencari social support dari orang terdekat, misalnya teman atau profesional di bidang kesehatan mental. Terbuka mengenai masalah yang kamu hadapi bukan berarti kamu nggak kuat, lho! Justru dengan membuka diri kepada orang-orang yang kamu percaya, kamu akan mendapatkan banyak solusi dan insight yang bisa meringankan beban pikiranmu. Apalagi, jika kamu memilih sikolog sebagai tempat curhatmu.
Melalui curhat dengan psikolog, bukan hanya support secara emosional yang bisa kamu dapatkan, melainkan juga peningkatan kepercayaan diri, bantuan untuk mengevaluasi kondisi yang kamu alami, sekaligus memberi kamu harapan bahwa kamu bisa menjalani hidup dengan lebih baik.
Bingung cari tenaga kesehatan mental yang bisa standby kapan saja? Sekarang, curhat dengan psikolog ataupun konselor di bidang psikologi udah nggak sulit lagi, lho! Tinggal download aplikasi Riliv, kamu bisa pilih psikolog yang kualifikasinya sesuai dengan permasalahan yang kamu alami. Selain itu, kerahasiaan kamu terjamin karena psikolog maupun konselor Riliv berpraktik di bawah pengawasan Himpunan Psikologi Indonesia.
Buang rasa cemasmu, hadapi hari raya dengan sehat mental bersama Riliv!
Referensi:
- Cherry, K., & Gans, S. (ed.). (2022). What Are the Holiday Blues?. Retrieved from Verywellmind: https://www.verywellmind.com/holiday-blues-4771716
- Everywell. (n.d.). 27 holiday stress statistics + tips to survive the festivities. Retrieved from Everlywell: https://www.everlywell.com/blog/sleep-and-stress/holiday-stress-statistics/
- Harvard Medical School. (n.d.). Holiday Stress and the Brain. Retrieved from Harvard Medical School: https://hms.harvard.edu/news-events/publications-archive/brain/holiday-stress-brain
- Luis, E., Bermejo-Martins, E., Martinez, M., Sarrionandia, A., Cortes, C., Oliveros, E. Y., Garces, M. S., Oron, J. V., & Fernández-Berrocal, P. (2021). Relationship between self-care activities, stress and well-being during COVID-19 lockdown: a cross-cultural mediation model. BMJ open, 11(12), e048469. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2020-048469
- Septiawan, T., & Idris, M. (2021). The Effect of Dhikr Relaxation Techniques on Stress Level in Hypertension Patients Literature Review. Proceedings of the International Conference on Nursing and Health Sciences, 2(2), 89-106. https://doi.org/10.37287/picnhs.v2i2.930
- Sobhani, V., Manshadi Mokari, E., Aghajani, J., & Hatef, B. (2022). Islamic praying changes stress-related hormones and genes. Journal of medicine and life, 15(4), 483–488. https://doi.org/10.25122/jml-2021-0167
- Sudarji, S., Panggabean, H., & Marta, R. F. (2022). Challenges of the sandwich generation: Stress and coping strategy of the multigenerational care. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 7(3). 262-274. https://doi.org/10.23917/indigenous.v7i1.19433
- Zoffness, R. (2019). How to Set Boundaries With Family. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/pain-explained/201912/how-set-boundaries-family