Mindfulness – Di tengah himpitan permasalahan ekonomi di Indonesia, kita harus tetap menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Apalagi, kita harus selalu berhadapan dengan keadaan yang tak menentu, entah dari pekerjaan kita ataupun kejadian sehari-hari. Inilah mengapa, mindfulness menjadi pendekatan yang tepat untuk menghadapi ketidakpastian hidup.
Seperti dikemukakan oleh Thich Nhat Hanh, mindfulness adalah kesediaan untuk menerima keadaan diri apa adanya dan melepaskan segala beban yang menumpuk. Ini adalah kunci utama hidup yang tenang dan damai. Ini juga berarti menjalani hidup dengan penuh kesadaran, namun tidak judgmental atau terburu-buru menilai sesuatu (Blanke & Brose, 2016). Itulah mengapa, konsep ini sangatlah dekat dengan kebersyukuran dan pencarian makna hidup.
Sekalipun mindfulness bukan ajaran yang berasal dari Indonesia, tahukah kalian, bahwa ternyata, ada falsafah hidup Jawa yang serupa dengan konsep ini?
Falsafah itu bernama nrimo ing pandum. Mungkin tidak banyak di antara Teman-teman yang mengetahui dengan pasti apa artinya karena bukan berasal dari Jawa. Karena itu, mari kita bahas bersama-sama melalui artikel ini!
Definisi Nrimo ing Pandum dan Kaitannya dengan Mindfulness
Secara etimologis, nrimo artinya ‘menerima,’ ing adalah kata hubung yang berarti ‘dalam,’ dan pandum artinya ‘pembagian’ atau ‘rezeki.’ Maka dari itu, arti nrimo ing pandum adalah ‘menerima rezeki apa adanya.’
Namun, dalam beberapa kasus, nrimo ing pandum dianggap sebagai ujaran yang sudah kuno. Apalagi, tren hustle culture yang belakangan ini menjamur di generasi millennial dan gen-Z seolah-olah menganjurkan seseorang untuk bekerja keras dan berusaha mengubah keadaannya. Padahal, hustle culture malah justru akan mematikan produktivitas jika terus menerus dijalani. Selain itu, bekerja dalam waktu lama akan berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental karena waktu istirahat terbuang sia-sia untuk bekerja tanpa kenal lelah. Tak pelik, kasus-kasus depresi yang banyak terjadi pada masyarakat remaja akhir dan dewasa awal juga menjadi bukti keburukan hustle culture.
Nrimo ing pandum adalah lawan dari hustle culture, karena menolak perfeksionisme dan mengajak kita untuk mengevaluasi apa saja yang sudah kita miliki, sehingga dengan kata lain, gratitude atau kebersyukuran adalah sikap yang dianjurkan ketimbang mencapai sesuatu yang tak berujung (Rachmawati, 2022).
Selain itu, nrimo ing pandum ternyata juga serupa dengan konsep psikologi yang mendasari person-centered therapy Carl Rogers. Person-centered therapy adalah treatment psikologi yang mengajak klien berempati terhadap diri sendiri, menerima keadaan diri apa adanya, dan jujur dengan apa yang kita rasakan, sehingga kita bisa lebih memahami diri kita sendiri (Maharani, 2018).
Penerapan Mindfulness ala Jawa dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam rangka meneladani nrimo ing pandum, kita bisa mengidentifikasi beberapa contoh perilaku berikut ini:
- Penyabar
Orang Jawa selalu menjalani hidupnya berorientasi pada pengolahan rasa dan karsa (Sari, 2021). Maka dari itu, tak heran jika secara attitude, orang Jawa lekat dengan stereotip ‘tidak mudah marah’ dan sabar. Orang Jawa cenderung mudah berdamai dengan keadaan, apa pun yang terjadi (Darmastuti, 2020).
- Mawas diri
Selain penyabar, orang Jawa menjunjung tinggi sikap mawas diri, yakni menyadari kekurangan dan kelebihan diri, selalu berintrospeksi menjadi pribadi yang lebih baik, dan berprasangka baik terhadap kehendak Tuhan dan takdir. Sebab orang Jawa percaya bahwa setiap rezeki manusia diberikan sesuai dengan kemampuannya masing-masing, dan tak ada gunanya kita iri dengan apa yang dimiliki orang lain (Wulandari, 2017).
- Berserah diri
Nrimo ing pandum bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa, namun di samping berusaha sebaik mungkin, kita juga harus tawakal dan berserah diri terhadap hasil pekerjaan kita, tidak mencemaskan apa pun yang bakalan terjadi (Putri, 2020).
Baca juga: Berdamai dengan Diri Sendiri dengan 5 Langkah Mudah
Selain itu, peneladanan nrimo ing pandum juga diterapkan dalam etos kerja orang Jawa, antara lain:
- Bekerja dengan santai, namun penuh ketekunan.
- Menyadari kemampuan diri sendiri dan tidak memaksakan diri.
- Selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dengan banyak refleksi diri.
- Menjalani hari-hari dengan berfokus pada prosesnya, bukan hasilnya.
- Bersyukur dengan imbalan yang sudah kita dapatkan.
- Memanajemen keuangan dengan baik, tidak bermegah-megahan atau bermewah-mewahan.
- Hidup berdampingan secara sosial itu penting, jadi jangan abaikan orang-orang di sekitar kita.
Solusi Mindfulness dari Riliv
Menjadi pribadi yang sederhana ala orang Jawa ternyata ada manfaatnya juga untuk menjalani hidup di era yang serba cepat dan penuh tekanan seperti sekarang ini, Guys! Namun tentu saja, falsafah hidup berkaitan dengan nilai-nilai yang kita anut.
Artikel ini bukan berarti memaksakan suatu nilai tertentu terhadap kalian yang membacanya. Justru melalui artikel ini, kita bisa bersama-sama belajar bahwa tidak ada salahnya menjalani hidup dengan penuh syukur dan menghargai apa yang sudah kita miliki, di samping tetap berfokus pada pengembangan diri.
Ingin mempelajari mindfulness lebih jauh? Jika kamu masih ragu-ragu atau belum terbiasa bermeditasi, jangan khawatir! Semua konten meditasi Riliv sangat mudah dan aman untuk pemula, kok. Kamu juga bisa melakukan meditasi di mana saja dan kapan saja. Entah saat berjalan-jalan, duduk di dalam kereta, dan selepas bekerja.
Tertarik coba meditasi Riliv? Kenapa nggak sekarang aja? Yuk, kita sama-sama praktikkan meditasi di aplikasi Riliv!
Referensi:
- Blanke, E., Brose, A. (2017). Mindfulness in Daily Life: a Multidimensional Approach. Mindfulness, 8. doi:10.1007/s12671-016-0651-4.
- Darmastuti, R., et. al. (2020). The Identity Construction of Solo’s Adolescent Regarding ‘Narimo Ing Pandum.’ Jurnal ASPIKOM, 5, 352. doi:10.24329/aspikom.v5i2.687.
- Maharani, R. (2018). Penerapan falsafah narimo ing pandum dalam Pendekatan Person-Centered untuk mengatasi depresi remaja. Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling), 2 (1), 205 – 212. ISSN: 2580-216XRakhmawati, S. M. (2022). Nrimo ing pandum dan etos kerja orang jawa: tinjauan sila ketuhanan yang maha esa. Jurnal Pancasila, 3 (1), 07 – 19. E-ISSN: 2776-0774