Panik dan Cemas – Di tengah pandemi corona, tak mudah untuk menjalani hidup dari hari ke hari. Sebab, ada begitu banyak kebiasaan yang berubah. Salah satunya, sebisa mungkin kita harus mulai membiasakan beraktivitas di rumah agar tak tertular atau bahkan secara tak sengaja menularkan virus tersebut.
Orang-orang kuliah dan bekerja dari rumah, tak bisa pergi ke tempat ibadah, dan tak bisa bertemu orang-orang untuk sementara waktu. Tentunya tak mudah menyesuaikan diri dengan semua itu.
Apalagi, tak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir. Sementara orang-orang yang sakit dan meninggal semakin bertambah setiap harinya. Wajar kalau kita merasa takut, panik, dan cemas.
Setiap hari, berbagai berita tentang pandemi berseliweran. Mau tak mau kita jadi panik dan cemas karenanya, apalagi kalau ada kenalan yang positif corona.
Saat membuka media sosial, ada berita tentang corona. Saat menonton televisi, muncul lagi berita yang sama. Itulah yang kita alami setiap hari. Perlahan-lahan, informasi yang tiada habisnya membuat kita panik dan stres. Apalagi kalau ada teman atau kerabat jauh yang positif terkena Corona.
Sungguh sedih rasanya, terlebih kita tak bisa menjenguk mereka. Sementara, hal terbaik yang bisa kita lakukan cuma menguatkan mereka lewat doa.
Bagaimana seandainya jika kita atau orang-orang kesayangan tertular juga? Pikiran itu membuat kita panik dan cemas, sehingga tak bisa tidur semalaman.
Orang-orang yang sakit dan meninggal terus bertambah jumlahnya. Apalagi belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah corona. Bagaimana seandainya suatu saat kita yang menjadi korban? Atau bagaimana kalau keluarga, pacar, atau sahabat kita ada yang tertular dan harus dirawat di rumah sakit?
Duh, membayangkannya saja sudah ngeri. Apalagi kalau benar-benar terjadi. Walaupun tak ingin memikirkannya lagi, kita sudah telanjur panik akibat pandemi.
Meski kondisi masih belum stabil, protokol normal baru sudah mulai dicanangkan. Lantas timbul kekhawatiran, bagaimana kalau jumlah korbannya semakin bertambah?
Rasanya kesal ketika berita soal new normal mulai ramai di linimasa. Padahal, korban masih berjatuhan dan persebaran virus masih belum bisa dikendalikan. Beberapa daerah bahkan masih berada pada daftar zona merah yang kian mengkhawatirkan.
Tetapi, orang-orang sudah harus kerja di luar rumah lagi. Bagaimana kalau jumlah korbannya semakin bertambah? Setiap kali memikirkannya, mau tak mau kita jadi emosi dan semakin takut.
Tapi toh panik dan cemas berlebih tak membantu banyak! Kalau dipikirkan terus, kekhawatiran itu tak akan ada habisnya. Lebih baik tanggapi secukupnya saja.
Benar juga. Semakin dipikirkan, kekhawatiran akan semakin membesar. Lebih baik kita belajar untuk mengelola pikiran. Tak perlu kebanyakan membaca atau menonton berita tentang corona. Tak perlu sering-sering pula membicarakannya.
Malah kalau perlu, kita bisa membatasi diri sejenak untuk menggunakan ponsel, televisi, atau komputer. Jadi kita tak akan terpapar berita buruk untuk sementara. Dengan begitu, semoga pelan-pelan kita bisa menenangkan diri dan fokus pada hal yang penting saja.
Mari kita fokus pada pencegahan Corona yang bisa kita atur sendiri, mulai dari pakai masker, cuci tangan, dan mulai jaga jarak saat ada orang di sekitar
Kita memang tak bisa mengendalikan orang-orang yang melanggar aturan. Tetapi, kita bisa mengendalikan diri sendiri untuk mencegah penyebaran Corona. Yuk selalu pakai masker kalau harus bepergian keluar, dan jangan lupa mencuci tangan dengan bersih setelah pulang ke rumah.
Kita juga sebaiknya menghindari nongkrong yang kurang penting. Tahan dulu ya keinginan bertemu teman atau pacar, kita masih bisa bertemu mereka kok setelah kondisi membaik. Toh, semua itu kita lakukan demi kehidupan masa depan yang lebih baik lagi~
Jangan lupa pedulikan kesehatan mental kita. Lakukan hobi yang menyenangkan atau curhatlah pada orang lain agar perasaan lega!
Mari bersikap lebih baik pada diri sendiri. Seandainya kita merasa tertekan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, istirahatlah dulu. Lakukan hobi yang menyenangkan agar kita lupa sejenak pada kondisi yang mengkhawatirkan, misalnya bisa dengan mendengarkan lagu-lagu yang menenangkan. Tentunya, dengan tetap mengindahkan aturan di rumah aja, ya. Kalau ingin lebih lega, kita bisa berbicara pada orang-orang terdekat tentang kecemasan yang memenuhi kepala. Cari hal-hal seru yang bisa membuat pikiran kita tenang. Ingat, selain fisik, ada kesehatan mental yang perlu kita perhatikan.
Riliv memahami bahwa rasa panik dan cemas yang kamu rasakan bisa jadi masalah apabila kamu tidak segera menanganinya. Gangguan kecemasan yang muncul disebabkan hal-hal yang tidak pasti di lingkungan kita merupakan pertanda bahwa kamu tidak baik-baik saja.
Yuk, bicarakan dengan ahlinya sekarang! Riliv punya psikolog dan konselor yang siap mendengarkan ceritamu di kala cemas dan panik menyerangmu. Semoga lewat artikel ini, kita bisa lebih tenang dalam menghadapi pandemi, ya! Tenang saja, kondisi ini tak akan bertahan selamanya. Suatu saat kita semua akan menjalani kehidupan yang lebih baik. Yuk semangat sampai momen itu tiba!