Arti Be Yourself – Arti be yourself adalah ‘jadilah dirimu sendiri’. Kata-kata ini muncul untuk mengajak orang-orang agar menjadi diri sendiri, bukan menjadi pribadi yang orang lain inginkan. Namun tahukah kamu bahwa di balik be yourself, tersimpan ajakan untuk mencintai diri sendiri?
Sebetulnya, masih ada banyak fakta menarik tentang be yourself yang perlu kamu tahu. Kira-kira apa saja, ya? Simak ulasan Riliv di artikel ini!
Arti Be Yourself Sesungguhnya
1. Be yourself bukan berarti membiarkan kekurangan diri
Tidak ada orang yang tidak punya kelemahan, termasuk kamu. Nah, saat berbicara soal be yourself, kamu tidak boleh mengesampingkan fakta bahwa kamu punya kekurangan. Misalnya kekuranganmu adalah mudah marah. Be yourself bukan berarti kamu membenarkan hal ini.
Menurut Carl Rogers, setiap manusia memiliki ideal self -nya masing-masing. Artinya, setiap manusia pasti ingin menjadi versi terbaik dirinya dan dipandang sebaik mungkin oleh orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu, keinginan menjadi ideal self akan mempengaruhi konsep dirimu. Selain ideal self, komponen-komponen lain dari konsep diri adalah self-esteem (kepercayaan diri) dan self image (pandangan terhadap diri saat ini). Jika seseorang mengalami inkongruensi antara ideal self dengan self image-nya, hal ini akan berpengaruh terhadap self-esteem orang tersebut. Maka dari itu, perubahan secara signifikan dibutuhkan untuk mengubah konsep dirimu menjadi lebih positif.
Jadi, yuk mulai perbaikilah kekuranganmu! Dengan demikian, kamu akan merasa nyaman dengan dirimu saat ini!
2. Arti be yourself bukan tentang karakter sementara
Be yourself tidak menggambarkan sifat atau kondisi diri yang berlangsung sementara, namun justru menggambarkan dirimu yang paling asli, sifat-sifat yang mengakar dari dalam. Menurut Kernis dan Goldman, be yourself juga berarti kamu memiliki self awareness (kesadaran diri), sehingga kamu mampu mengevaluasi apa yang saat ini kamu butuhkan. Misalnya saat ini kamu sedang tidak punya pekerjaan. Be yourself bukanlah berkata, aku tak punya pekerjaan, aku terima diriku apa adanya, melainkan, jika saat ini kamu tidak punya pekerjaan, kamu akan mengeksplorasi lebih jauh terkait keadaanmu tersebut. Kamu takkan membiarkan dirimu menjadi pengangguran, namun menyadarinya sebagai kondisi yang berlangsung sementara, sehingga kamu tak akan terlena oleh kondisi tersebut. Itulah kenapa mereka yang punya filosofi hidup be yourself cenderung mengikuti kata hati mereka. Mereka tak membiarkan keadaan seburuk apa pun mempengaruhi karakter mereka.
3. Be yourself adalah menjadi versi terbaik dari dirimu
Setiap orang pasti memiliki kekurangannya masing-masing, dan itu nggak masalah. Justru kekurangan itulah yang akan membuat kamu meyadari, bahwa manusia itu tidaklah sempurna. Namun, jangan sampai ini menjadi beban hidupmu, ya! Jika kamu ingin menerapkan be yourself, berarti kamu harus mau menilik kembali dan memperbaiki kekurangan dirimu, sehingga kamu menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri.
Seperti kata Gordon Allport, manusia yang sehat secara psikologis akan terus mengembangkan dirinya menjadi versi yang lebih baik. Perkembangan manusia berlangsung seumur hidupnya, mulai dari bayi hingga lanjut usia. Allport juga mengatakan bahwa setiap intensi, harapan, dan aspirasi seseorang untuk berkembang dan mencari jati dirinya akan mendorong kepribadian yang matang.
4. Arti be yourself adalah tidak meniru orang lain
Seperti yang sudah disampaikan di poin sebelumnya, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Jadi, kamu pasti memiliki karakter-karakter unik lainnya yang tidak dimiliki orang lain. Lantas, mengapa kamu harus meniru orang lain?
Jangan pernah meragukan dirimu sendiri, ya! Mungkin kamu nggak seperti apa yang orang lain harapkan, tapi itu bukan masalah.
5. Be yourself berarti mengekspresikan diri sendiri, bukan ekspresi orang lain
Pernahkah kamu punya suatu pendapat, tetapi memilih untuk mengurungkan bicara karena pendapatmu berbeda dengan orang lain? Atau memilih menyukai film yang sebenarnya tidak kamu suka, hanya karena orang-orang menyukainya?
Saat kamu menjadi diri sendiri, kamu tidak akan takut mengekspresikan dirimu sendiri. Hal ini terjadi karena kamu tak lagi takut pada opini orang lain.
Dalam teori Big Five, setiap manusia memiliki kepribadian yang tersusun dari berbagai trait yang berbeda, yakni extraversion, agreeableness, openness, conscientiousness, dan neuroticism. Setiap trait ini akan menentukan cara manusia bersikap, serta bagaimana ia mengekspresikan hal-hal yang dia suka.
Miskonsepsi tentang Be Yourself
Oke, sekarang mari kita pikirkan bersama, kenapa sih be yourself selalu dikonotasikan sebagai hal yang negatif? Banyak faktornya, termasuk di antaranya budaya masyarakat yang masih berpegang teguh pada tradisi dan konformitas. Adanya konformitas sebetulnya dapat berdampak baik terhadap keteraturan sosial, namun jeleknya, segala bentuk self expression atau segala hal yang bagi masyarakat cenderung ‘tak biasa’ akan mendapatkan respon yang kurang baik. Tapi, apakah kita harus selamanya menentang norma masyarakat hanya untuk menjunjung filosofi be yourself?
Jawabannya, tentu saja tidak! Pernahkah kalian mengenal konsep ikigai yang terkenal di masyarakat Jepang? Ikigai berarti “sesuatu yang membuat kamu termotivasi untuk bangun pagi.” Dengan kata lain, ikigai itu adalah semangat hidup yang lahir dari pandangan seseorang tentang life purpose-nya. Ikigai juga bicara soal bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu yang kamu suka, sehingga hal tersebut bisa bermanfaat bagi dirimu dan orang lain.
Menjadi dirimu sendiri bukan berarti kamu mengabaikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, karena sejatinya kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain semi bertahan hidup, meski hanya sekedar pengakuan mereka terhadap keberadaanmu. Maka dari itu, jangan pernah menyalahartikan be yourself sebagai cara kamu melepaskan diri dari pengaruh masyarakat, ya. Justru arti be yourself yang hakiki adalah cara kita berkontribusi terhadap masyarakat dengan cara kita sendiri.
Cara Efektif Mengenal Diri Sendiri
Dikutip dari artikel yang ditulis Sharon Martin, mengenal diri sendiri bisa kamu lakukan dengan refleksi diri. Untuk melakukan refleksi diri, kamu juga bisa menggunakan metode journaling.
Mengapa refleksi diri penting? Menurut Tchiki Davis, M.A., Ph.D. dari Berkeley Well-being Institute, refleksi diri adalah cara untuk mencermati lebih jauh setiap motivasi, keinginan, dan harapan yang kita miliki. Refleksi diri membuat kita menyelami komponen-komponen penyusun diri yang tenggelam di alam bawah sadar.
Berikut ini adalah contoh daftar pertanyaan yang bisa kamu gunakan saat melakukan refleksi diri!
- Apa saja kekuatan atau kelebihan yang aku miliki?
- Apa tujuan jangka pendek dan jangka panjang dalam hidupku?
- Siapa saja orang yang berarti/support system dalam hidupku?
- Apa yang biasanya membuatku merasa takut, khawatir, atau malu?
- Apa saja hobi yang suka kulakukan di waktu senggang?
- Apa saja hal-hal yang kuminati?
- Apa saja nilai-nilai yang aku anut/yakini?
- Di mana aku merasa paling aman?
- Apakah keinginan yang paling ingin kuwujudkan?
- Apa pencapaian yang paling kubanggakan?
- Apakah kegagalan yang menurutku paling menyedihkan?
- Apa yang kusukai dan tidak sukai dari pekerjaanku saat ini?
- Apakah satu ingatan yang paling membahagiakan bagiku?
- Apa saja yang aku lakukan untuk self-care?
- Apa saja hal yang aku syukuri dalam hidupku?
Tapi,… bagaimana jika kamu sudah mencoba refleksi diri, tapi masih belum kenal dengan dirimu sendiri? Mungkin sudah waktunya kamu melakukan konsultasi psikologi online lewat Riliv! Lewat konsultasi psikologi, kamu akan mendapatkan insight mengenai apa saja kekurangan dan kelebihanmu, serta apa yang harus kamu kembangkan dari dirimu.
Referensi:
Schultz, Duane. (1977). Growth psychology: models of the healthy personality. New York: D. Van Nostrand Company
Ditulis oleh Syifa Salsabila Ramadhani, diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Ditulis oleh Syifa Salsabila Ramadhani dan Editor oleh Neraca Cinta D
Baca juga:
Menjadi Percaya Diri: Bentuk Self-love yang Hakiki